RADAR NONSTOP - Meski pencoblosan telah usai. Tensi politik justru semakin panas. Pemicunya, hajatan pesta demokrasi (Pemilu) itu dinilai kacau balau dan penuh pelanggaran serta kecurangan.
Beragam jenis pelanggaran dan kecurangan diungkap satu per satu di ruang publik dengan terang benderang, termasuk gugurnya 318 lebih petugas KPPS.
Saking mirisnya, tak sedikit yang "mempelestkan" Pemilu Serentak 2019 berarti secara serentak juga dimana-mana terjadi kecurangan.
BERITA TERKAIT :Pilkada Kota Bekasi Banyak Golput, KPU Dikasih Duit Rp 113 Miliar Tapi Gagal Sosialisasi
Civil Society Minta KPU Tidak Diintervensi Opini Liar Pasca Pilkada DKJ
Namun anehnya, hampir semua kecurangan mengarah pada merugikan paslon nomor 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan menguntungkan paslon nomor 01 Jokowi-Ma"ruf Amin.
Kecurangan tersebut antara lain, angka-angka terinput keliru, penjumlahan dan prosentase hingga KPU jadi bahan olok-olok tak bisa berhitung, pencurian form C1 dan pembakaran kotak suara dimana-mana. Bahkan, Bawaslu sendiri mencatat ribuan petugas KPPS tidak netral dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Meskipun, setelah itu mereka diam seperti bingung harus berbuat apa.
Atas kekacauan tersebut tak ada klarifikasi signifikan baik dari kubu 01, KPU maupun Bawaslu. Semua berjalan saja seolah kecurangan yang terjadi hanyalah bagian dari peristiwa yang wajar dalam kontestasi Pemilu. Ada juga komentar sedikit-sedikit dari orang-orang di sekitar Jokowi, namun sebagian besar memilih diam seribu bahasa.
Begitu juga dengan Presiden yang juga Capres petahana Joko Widodo (Jokowi) dan pasangannya, Cawapres Ma"ruf Amin selama ini terkesan tidak bersuara atas kecurangan yang terjadi. Keduanya praktis seakan tidak mempersoalkan adanya pelanggaran yang terjadi secara kasat mata.
Demikian disampaikam sesepuh alumni UI Bangkit, Dr. Taufik Bahaudin dalam Diskusi Publik bertema; "Tegakkan Kedaulatan Rakyat: Ada Konspirasi Paslon, KPU dan Lembaga Survei?" di Seknas Prabowi-Sandi, Jl. HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta, Minggu, (28/4/2019).
"Bukti-bukti kecurangan tersebut terlihat secara kasat mata mudah kita temukan dari banyaknya video yang beredar di kalangan masyarakat dan sosmed. Bahkan, kecurangan itu sudah dimulai sejak sebelum Pemilu berlangsung dimana ribuan surat suara sudah tercoblos rapi di Malaysia," kata Taufik.
"Anehnya, kubu 01 tak risau dengan banyaknya kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan Pilpres 2019, begitu juga dengan KPU dan Bawaslu," sambungnya.
Dilihat dari rangkaian berbagai aspek dan kecurangan yang terjadi, Taufik menilai, kecurangan tersebut sudah dipersiapakan dengan baik, melalui sistem hingga teknis eksekusi di lapangan.
"Terbukti, diamnya kubu 01 itu karena mereka (01) merasa tidak terganggu dengan kecurangan yang terjadi di depan mata. Kenapa? Karena mereka bagian dari kecurangan itu. Sehingga mereka diam tak bereaksi, aparat juga begitu," papar Taufik.
"Lantas, apa yang bisa kita lakukan dalam kondisis seperti ini? Kita pasrahkan kepada skenario Allah. Hanya itu yang kita bisa," ungkapnya.
"Jadi, tidak perlu berdebat, selama ini dia (01) melanggar terbukti tidak ada yang ditindak. Jadi, masalah kita sekarang adalah kedzoliman dan ketidak adilan," Taufik menjelaskan.
Senada dengan Taufik, aktivis Dr. Marwan Batubara juga memandang bahwa dalam kontestasi Pilpres 2019 ini lawan Prabowo-Sandi bukan hanya 01, tetapi lebih dari itu melawan kedzoliman dan ketidak adilan.
"Yang kita hadapi sekarang ketidak adilan dan kerzoliman yang nyata terjadi di depan mata," kata Marwan.
Menuruy Marwan, hingga kini, rezim ini terus menerus melakukan kecurangan tanpa henti.
"Kita disuru lapor polisi? Ngapain, mereka sudah menjadi bagian dari mereka. Kejahatan dan kecurangan ini terstruktur masif dan sistemik," beber Marwan.