RADAR JAKARTA - Awal 2019, perekonomian DKI Jakarta mengalami perlambatan 0,18%. Hal ini melambat dibandingkan triwulan IV 2018.
Tercatat ekonomi DKI Jakarta tumbuh sebesar 6,23% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,41% (yoy).
Meskipun tumbuh lebih lambat, angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan triwulan I pada tiga tahun sebelumnya sebesar 6,06% (yoy), maupun terhadap pertumbuhan nasional sebesar 5,07% (yoy).
BERITA TERKAIT :Beda Dengan Jokowi, Prabowo Tancap Gas Tanpa Pecitraan Dan Bawa Oleh-Oleh Investasi
Prabowo Lebih Jago Dari Jokowi, Sekali Gebrak Bawa Rp156,5 Triliun Dari China
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta triwulan I 2019 didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang melambat dibandingkan triwulan IV 2018.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,85% (yoy) di triwulan I 2019, lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2018 yang tumbuh 6,03% (yoy).
Dari sisi lapangan usaha (LU), seluruh LU utama DKI Jakarta tumbuh positif, kecuali LU industri pengolahan yang terkontraksi hingga 1,03% (yoy) karena turunnya produksi kendaraan bermotor.
Sejalan dengan investasi yang melambat, LU konstruksi juga tumbuh melambat sebesar 2,65% (yoy). Meskipun demikian, di tengah perlambatan LU utama, beberapa LU mampu mencapai kinerja yang baik sehingga memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2019.
Sejalan dengan ini, LU jasa perusahaan tumbuh sebesar 12,92% (yoy) yang di antaranya didorong oleh aktivitas berbagai lembaga dalam mendukung pelaksanaan pemilu seperti lembaga survei. LU jasa keuangan dan asuransi tumbuh sebesar 11,49% (yoy) karena meningkatnya aktivitas perbankan dalam menyalurkan kredit.