RADAR NONSTOP - Polusi di Jakarta memburuk. Indeks kualitas udara di Jakarta mencapai 132 US AQI.
Data dari Indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) menyebutkan kalau Jakarta disebut sebagai kota dengan polusi udara terburuk nomor tiga di dunia setelah Santiago, Chile dan Chongqing, China.
Jika ini terjadi tentu bisa berdampak pada warga. Dari berbagai penelitian, dampak polusi bisa membuat kulit wajah kusam dan penuan dini.
BERITA TERKAIT :Koridor I Busway Blok-Kota Mau Dihapus, Upaya Menghilangkan Jejak Sutiyoso?
Dulu Warga Cuma Bisa Ngayal, Kini Layanan Air Minum Perpipaan Masuk Kelurahan Kebon Kosong
Bahkan, kanker dan paru-paru hingga badan lebih pendek bagi bayi yang baru lahir juga menjadi ancaman. Untuk menghindari dampak tersebut, sebaiknya siapkan masker.
Minimal masker bisa mencegah polusi jika di luar rumah. Dinas Kesehatan DKI Jakarta tidak membantah kalau polusi udara di Jakarta sudah melebihi batas normal.
Agar aman, masker yang digunakan sebaiknya jenis N-95. Masker ini dipercaya mampu menyaring partikel di bawah 10-2,5 mikron.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti mengatakan, polusi udara di Jakarta sudah melebihi batas normal, sehingga disarankan masyarakat mengenakan masker N-95.
Berdasarkan citra satelit pada Selasa (9/7), kondisi polusi udara di Jakarta cukup tinggi. Tingkat polusi udara di Ibu Kota lebih tinggi dibanding di Singapura dan Bangkok.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengunggah citra satelit dari The Copernicus Atmosphere Monitoring Service (CAMS).
Penghitungan tingkat polusi udara ini didasarkan pada sebaran partikel padat di udara ukuran di bawah 2,5 mikrometer (PM2,5) dan 10 mikrometer (PM10).
"Di Jakarta cukup berpolusi pagi ini sekitar 180 mikrogram per meter kubik, di banding Singapura & Bangkok yang cuma 28 & 35 mikrogram per meterkubik," tulis keterangan dari Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) LAPAN, Dony Kushardono, di akun Instagram-nya, @donykushardono, Selasa (9/7/2019).
Gubernur Anies Baswedan sempat menyebut kalau polusi udara di Jakarta bukan hanya akibat kendaraan bermotor tapi adanya pembangkit listrik tenaga uap disekitaran ibukota.
Dikutip dari berbagai sumber, polusi udara di Jakarta disebabkan dua faktor. Pertama, ialah jumlah kendaraan bermotor di Jakarta semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga meningkatkan emisi kendaraan bermotor.
Serta yang kedua adalah adanya pembangkit listrik tenaga uap batu bara dalam radius 100 meter di sekitar Jakarta. Polusi ini juga sudah digugat ke Pengadilan Jakarta (PN) Jakarta Pusat pada Kamis, 4 Juli 2019.
31 warga Jakarta yang tergabung dalam Gerakan Inisiatif Bersihkan Udara Koalisi Semesta (Ibu Kota) mendaftarkan gugatan warga negara atau citizen lawsuit. Mereka meminta hak sebagai warga negara untuk mendapatkan udara bersih.
Mereka menggugat pemerintah karena pencemaran udara di Ibukota. Beberapa pihak yang mereka gugat, antara lain Presiden RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri dan Gubernur DKI Jakarta. Sebagai pihak yang turut tergugat adalah Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten.
Berdasarkan catatan Gerakan Ibu Kota, selama dua pekan tepatnya tanggal 19-27 Juni 2019, Jakarta menempati posisi sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Kondisinya sudah melebihi baku mutu udara ambien harian atau konsentrasi PM 2,5 melebihi 65 ug/m3.
Kemarau dan Wajah Tua
Polusi udara Jakarta bisa kian parah. Karena, berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan puncak musim kemarau di DKI Jakarta bisa terjadi hingga September 2019, kondisi ini berpotensi terjadinya kemarau ekstrem.
Puncak kemarau kata BMKG terjadi sekitar Agustus-September 2019. BMKG juga mencatat wilayah Jakarta Utara berstatus siaga kekeringan, terdapat dua wilayah yang jumlah hari tanpa hujannya antara 31-60 hari atau kategori HTH sangat panjang.
Sementara dampak kesehatan pada polusi udara menyebabkan berbagai efek buruk. Tidak hanya sebatas gangguan pada paru-paru, partikel-pertikel polusi udara dan debu juga bisa membuat tingkat kekambuhan asma meningkat.
Selain itu, zat berbahaya seperti karbon hitam dan nitrogen oksida yang terdapat pada asap kendaraan, dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. Belum lagi kanker paru-paru yang juga bisa disebabkan dari zat-zat berbahaya yang ditimbulkan dari udara kotor.
Pada bayi dan anak-anak, polusi udara bisa sebabkan berat badan lahir rendah serta mudah alami infeksi paru-paru. Polusi juga bisa menghambat perkembangan paru-paru pada anak. Akibatnya, paru-paru tidak bisa berfungsi dengan optimal saat dewasa.
Sedangkan partikel kecil dalam bentuk kotoran, asap atau debu dapat masuk dan berdampak negatif pada sel kulit. Akibatnya, Anda berisiko mengalami penuaan dini dalam proses yang disebut oksidasi.
Selain itu, gas seperti nitrogen dioksida, ozon, karbon monoksida dan sulfur dioksida yang banyak ditemukan pada udara yang tercemar juga dapat membahayakan kulit.
Polusi dapat merusak fungsi penghalang kulit dengan menghancurkan kolagen dan lipid yang terkandung di dalamnya.
Selain itu partikel kotoran di dalamnya dapat menumpuk di permukaan kulit yang dapat menyumbat pori-pori saat bercampur dengan sel-sel kulit dan minyak. Inilah yang sebabkan polusi juga dapat menyebabkan iritasi, ruam dan jerawat.
Dilansir dari Klik Dokter, polusi udara juga memiliki dampak yang serius terhadap kesehatan mental. Efek racun dari polusi udara dapat menyebabkan berbagai gejala negatif psikologis. Antara lain, kecemasan, perubahan suasana hati, penurunan fungsi kognitif, dan perubahan perilaku.