Sabtu,  30 November 2024

PP Muhammadiyah Sentil Elite Politik Rebutan Jatah Jabatan

BCR/RN
PP Muhammadiyah Sentil Elite Politik Rebutan Jatah Jabatan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir/NET

RADAR NONSTOP- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir menyentil egoisme para elite politik pasca Pileg dan Pilrpes 2019. Sentilan itu dilontarkan lantaran adanya elite politik berebut kursi menteri di kabinet Jokowi jilid II.

Haedar berpendapat dalam momen hari kurban kali ini, para elite politik diminta meresapi kisah teladan Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail. 

Menurut Haedar, saat mengisi khutbah shalat Idul Adha, di lapangan Masjid Agung Al Azhar Jakarta, Minggu (11/8/2019) tadi, sudah saatnya para elite politik berani berkurban.

BERITA TERKAIT :
Seminar Dan FGD Bakal Dipangkas, Prabowo Minta Menteri Kurangi Omon-Omon 
Kali Cipinang Tempat Pembuangan Tinja Ilegal, Perumda Paljaya Gimana Nih? 

Makna berkorban, kata Haedar, para elite politik harus berani mengesampingkan ego dan kepentingan dalam sistem politik pemerintahan dan berfokus menyejahterakan masyarakat.

"Yang muncul sekarang itu kan egoisme lebih di para elit. Bisa kita lihat lah sekarang. Pascapilpres, pascapileg itu para elit bukan berpikir bangsa ini mau dibawa kemana tetapi satu sama lain saling menjatah kursi dan kemudian berebut kursi,"terang Haedar Nasir, Minggu (11/8/2019).

Kendati demikian, dalam kesempatan mengisi khutbah kali ini, Haedar mengakui bahwa memang dalam berpolitik terdapat sesuatu kepentingan. 

Kepentingannya terkait siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana caranya. Namun dirinya mengingatkan para elit juga harus memikirkan kepentingan bangsa.

"Tetapi kan kita ini Bangsa Indonesia, katanya punya Pancasila, katanya religius, mestinya menyadarkan para elit bahwa bangsa kita ini problemnya banyak, kesenjangan sosial masih tinggi. Harus ada jiwa kepedulian terhadap keadaan jangan menikmati dan berebut kekuasaan tanpa hati," kata Haedar.

Tak bisa dipungkiri, Haedar menyebut dalam kondisi seperti ini penting untuk menjadi pelajaran bangsa Indonesia. Terlebih, sambung Haedar, agar para pemimpin dan elit politik, naik kelas secara peradaban agar tidak ribut dalam hal-hal yang sifatnya kekuasaan.