RADAR NONSTOP - Aksi unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Wamena, Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019) kemarin mengakibatkan 23 korban tewas.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan sebanyak 77 orang dinyatakan mengalami luka-luka. Dedi menuding kalau Komite Nasional Papua Barat (KNPB) sebagai dalang kerusuhan tersebut.
"23 (orang) meninggal dunia untuk Wamena dan luka-luka 77 orang. Pelaku diduga kelompok KNPB (Komite Nasional Papua Barat) sebagai dalang kerusuhan di Wamena," ujar Dedi saat dikonfirmasi, Selasa (24/9/2019).
BERITA TERKAIT :Kena Masalah, Akun Tiktok Herkos Voters Dilaporkan ke Polres Kota Bekasi
Terkepung Api Di Kamar, Sekalurga Di Tanjung Priok Tewas Dilalap Si Jago Merah
Selain di Wamena, kerusuhan juga pecah di kota Jayapura, Papua. Dalam kerusuhan tersebut, satu anggota TNI dan tiga mahasiswa meninggal dunia.
"Untuk Jayapura, empat orang. Satu TNI dan tiga mahasiswa eksodus," kata dia.
Selain itu, Dedi menuding kalau Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) menjadi dalang kerusuhan di Jayapura. Diduga, AMP digerakkan oleh KNPB. “Sebagai dalang kerusuhan dari AMP digerakan oleh KNPB," kata Dedi.
Menurutnya, kerusuhan yang terjadi di Wamena dan Papua kata dia, diduga bakal dibawa untuk dijadikan isu pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berlangsung di New York, Amerika Serikat, pada 23-27 September 2019.
"Untuk dijadikan isu pada Sidang Umum PBB di New York tanggal 23 sampai 27 September," tutupnya.
KNPB: Polisi Jangan Cari Kambing Hitam
Juru bicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Ones Suhuniap, membantah tuduhan Kapolres Jayawijaya bahwa aktivis mereka memakai seragam SMA untuk menyusup dalam massa pelajar yang berdemonstrasi anti-rasis di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9) awal pekan ini.
Ones Suhuniap menegaskan KNPB tidak terlibat dalam aksi para pelajar yang berkembang menjadi amuk massa di Wamena itu.
Dia menilai, polisi cenderung selalu menjadikan KNPB kambing hitam pada berbagai peristiwa di Papua.
“Setiap aksi yang terjadi di Papua, polisi selalu mengambinghitamkan KNPB. Sama halnya dengan lempar batu sembunyi tangan. Polisi harus bicara sesuatu sesuai dengan fakta di lapangan,” kata Ones Suhuniao kepada Jubi.co.idmelalui pesan singakat.
Suhuniap meminta polisi tidak asal-asalan menuduh KNPB. Ia menyatakan, KNPB justru telah mengeluarkan imbauan agar rakyat tidak berunjukrasa pada 23 September 2019.
“Kami KNPB secara resmi keluarkan imbauan kepada rakyat bawah tidak [berunjukrasa] tanggal 23 september 2019,” katanya.
Ia mengatakan, polisi tidak bisa menutupi kesalahannya dengan mengambing hitamkan KNPB.
“Polisi harus mampu mengungkap siapa yang menyebabkan 16 warga sipil tewas, dan 65 lainnya terluka. Sebab, setiap penambakan tidak pernah terungkap siapa pelakunya. Jadi, jangan selalu tuduh KNPB. Apakah KNPB punya pabrik senjata dan memiliki peluru untuk bunuh orang? Yang punya senjata dan peluru adalah aparat kepolisian dan TNI,” kata Suhuniap.
Ketua DPR Papua Yunus Wonda mengatakan, masyarakat Papua merasa tidak nyaman melihat aparat keamanan yang diperbantukan ke Papua, berjaga di berbagai lokasi dengan senjata.
Wonda meminta aparat keamanan mulai mengedepankan pendekatan humanis kepada masyarakat.
“Kami melihat juga [aparat keamanan] memegang senjata. Posisinya bukan [digantungkan], tapi kami lihat rata-rata posisi [senjata seakan] siaga. Ini harus dihindari. Saya pikir tidak harus posisi senjata seperti itu, karena membuat masyarakat merasa tidak nyaman,” tegas Yunus Wonda.