RADAR NONSTOP - Wacana aklamasi yang dikemukakan gerbong Airlangga Hartarto di Musyawarah Nasional Partai Golkar pada Desember 2019 mendatang mendapat perlawanan.
Soalnya, Partai Golkar memiliki pengalaman buruk dengan sistem pemilihan ketua umum melalui mekanisme aklamasi. Dalam sejarahnya aklamasi telah menimbulkan perpecahan dan nyaris menghancurkan partai tersebut.
Begitu dikatakan salah satu calon bakal Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet) menanggapi wacana aklamasi yang didengungkan loyalis incumbent.
BERITA TERKAIT :Diplot Jadi Ketua Golkar DKI Lagi, Zaki Oke Tapi Kurang Nendang?
Yahya Zaini Muncul, Goyang Menkes Budi Gunadi Soal Gaji 5 Juta Gak Sehat Dan Tak Pintar
“Aklamasi tidak bagus, calon yang kemungkinan maju tidak tunggal Airlangga saja. Beberapa nama lain akan maju juga,” katanya.
"Kita ada pengalaman pahit pemaksaan aklamasi pecah Munas Bali, Ancol. Itu harus jadi perenungan demokrasi," tambah Bamsoet, di arena Rapimnas Golkar, Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta, Kamis (14/11/2019).
Karena banyak calon, lanjut Bamsoet, pemaksaan aklamasi justru tidak baik. Ia menyindir, kalau memang pihak yang memaksakan aklamasi sudah yakin didukung mayoritas, tidak seharusnya ada paksaan aklamasi.
"Jangan dibunuh, biar dia tumbuh berkembang, kalau dia yakin mayoritas suara kenapa takut, kenapa harus aklamasi," katanya.
Meski belum deklarasi, ia mengaku siap untuk maju. Ketua MPR itu mengatakan, masih mengatur strategi untuk bersaing.
"Bahwa belum menyatakan maju belum tentu nggak maju ya, tunggu tanggal main. Sabar saja, bagian dari strategi," katanya.