RADAR NONSTOP - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) menghantui PKS. Partai yang didirikan mantan elit PKS ini bisa membuat galau para kader.
Anis Matta dan Fahri Hamzah memang tak bisa dianggap sebelah mata. Politisi handal ini tentunya punya kans besar dalam membesarkan partai.
Banyak kader yang sakit hati dari PKS loncat ke Gelora. Bahkan, mereka yang satu visi juga ikut loncat.
BERITA TERKAIT :Dedi Mulyadi Sudah 71,5 Persen, Syaikhu Gak Laku Dan PKS Lagi Anjlok
RIDO Kalah Di-Survei Dengan Pram-Rano, KIM Plus Masih Mandek Akibat Janda Kaya
Jika aksi bedol desa ini terus terjadi bukan tak mungkin PKS bakal kedodoran di 2024. Sumber di Gelora menyebutkan, banyak kader potensial PKS di daerah pindah karena sudah tak sejalan lagi.
Sebut saja Triwisaksana. Mantan Ketua PKS DKI Jakarta yang pernah menjadi Wakil Ketua DPRD ini loncat dan memilih bersama Anis Matta untuk karir politiknya.
Sani sapaan akrab Triwisaksana dikenal piawai dalam melobi. Terbukti setelah Sani, PKS gagal melobi fraksi di Kebon Sirih untuk menempatkan kadernya sebagai Wagub DKI Jakarta.
Lalu, kisah Fahri Hamzah yang memenangkan gugatan terhadap DPP PKS Rp 30 miliar adalah bukti kekuatan Gelora tak bisa dianggap sebelah mata.
Ketua DPP PKS, Tifatul Sembiring tidak mempermasalahkan berdirinya Gelora yang dipimpin Anis Matta dan Fahri Hamzah. Namun, Tifatul meminta agar PKS tidak diacak-acak.
"Bagi saya kalau mereka buat partai baru ya monggo. Tapi jangan ngacak-ngacak lagi di sini," ujar Tifatul di sela-sela Rakornas PKS di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019).
Tifatul mengatakan setiap kader mempunyai hak masing-masing. Namun jangan sampai ada di antara kader yang mendua.
"Kita lihat saja nanti, cuman kami harapkan jangan sampai, bagi saya pilihan bebas tapi kalau sudah memilih silakan keluar dari PKS. Jangan istilahnya mendua itu. Terus merekrut kader-kader di dalam," kata dia.