RADAR NONSTOP - Tri Adhianto dikenal sebagai birokrat yang berpolitik. Sepak terjangnya tak usah diragukan lagi.
Selain paham birokrasi, dia juga dikenal lentur dalam bergaul. Tri mampu menjadi penutup kekurangan Walikota Bekasi Rahmat Effendi alias Pepen.
Apakah Tri dan Pepen terus harmonis?
BERITA TERKAIT :Woi, Tudingan Terima Duit Ke PPK Bekasi Barat Fitnah Keji
Jagoan PDIP Menang, Waras Wasisto, Saatnya Bangkit Membangun Kabupaten Bekasi
Pertanyaan itu terus menjadi obrolan warung kopi para politisi dan aktivis di kota perbatasan Jakarta. Sebagai mantan birokrat tentunya Tri sudah sadar kalau posisi wakil seperti 'ban serep'.
Tapi kini Tri bukanlah birokrat tulen. Kursi Ketua DPC PDIP Kota Bekasi yang dia duduki mampu mengikis dominasi Pepen.
Pindahnya Tri ke PDIP sempat dicap sebagai kutu loncat. Karena dia pernah dekat bahkan diisukan menjadi kader PAN.
Wajar Tri memilih Banteng. Karena Tri sudah berhitung pada Pilkada 2023 nanti dia butuh kendaraan yang kuat dan tangguh. Sebagai partai pemerintah dan pemenang pemilu dua kali (2014-2019), PDIP memiliki daya tawar tinggi ketimbang PAN dan partai lain.
Jika jeli tentunya hubungan Tri dan Pepen ibarat air dan minyak. Mereka akur tapi perbedaan tetap terlihat. Sebut saja soal kebijakan arah pembangunan Bekasi.
Tri terkadang hanya bisa mengelus dada ketika tak sepakat dengan kebijakan Pepen. Begitu juga dengan Pepen saat melihat manuver para politisi Banteng di fraksi.
Tentunya Pepen hanya bisa menepok jidat ketika serangan dan kritik tanpa dasar datang dari DPRD Fraksi PDIP.
Walau konflik itu masih kecil tapi bukan tak mungkin hubungan Pepen dan Tri akan makin renggang. Data dari Kemendagri menyebutkan, sejak pilkada 2005 hingga 2014, banyak kepala daerah yang berkonflik dengan wakilnya sendiri. Hanya 6 persen saja pesangan yang tak berkonflik.
Jumlahnya ada sekitar 971 pecah kongsi dan 77 tidak pecah kongsi. Pepen memang sudah tak bisa mencalonkan lagi, tapi bukan berarti politisi Golkar itu tak menyiapkan kader untuk maju di Pilkada 2023.
Begitu juga dengan PDIP. Sebagai partai pemilik kursi terbanyak kedua setelah PKS, PDIP pasti akan merebut walikota.
Kisah Mochtar Mohammad atau M2 menjadi cambuk keras bagi PDIP. Di mana, M2 gagal memilih wakil yang setia dan legowo menjadi ban serep.
Kini keputusan ada pada Tri, apakah dia berani melepas status ban serep Pepen?
Tri memang dalam posisi terjepit. Di akar rumput, kader Banteng terus teriak agar Tri berani melawan dan merebut kursi walikota.
Tapi Tri tentunya sadar juga tanpa Pepen tak mungkin dia bisa menjadi wakil walikota.