Kamis,  28 March 2024

Wacana Pemindahan Ibu Kota

Budayawan: Tak Layak Didiskusikan Di Lemhanas, Cukup Di Warung Kopi

RN/CR
Budayawan: Tak Layak Didiskusikan Di Lemhanas, Cukup Di Warung Kopi

RADAR NONSTOP - Wacana perpindahan Ibu Kota yang digulirkan Presiden Jokowi menjelang pelantikannya untuk periode kedua. Tak layak dibicarakan apalagi didiskusikan di Lemhanas. Cukup di warung kopi saja saat bulan puasa menunggu bedug dan azan magrib.

"Pemerintah mau mindahin Ibu Kota, duitnya darimana? Pemerintahan Orde Baru dulu hanya mau memindahkan pusat pemerintahan saja ke Jonggol, tidak jadi karena terkendala. Padahal dulu yang utang cuma swasta, kurs rupiah rendah terhadap dolar. Kalau sekarang, swasta utang, pemerintah utang, BUMN pun utang. Bahkan menutupi defisit BPJS saja tak mampu, sehingga iuran BPJS dinaikkan," kata Budayawan Betawi, Ridwan Saidi saat menjadi pembicara dalam dialog interaktif yang diselenggarakan DPD Korps Alumni KNPI DKI Jakarta dalam seminar bertajuk 'Bagaimana Masa Depan Jakarta Pasca Ibu Kota Pindah'  di Gedung Lemhanas, Jakarta Pusat, Kamis (12/12/2019).

Mantan anggota DPR ini mengingatkan, karena yang akan dipindah pemerintah ke Kaltim tak hanya pusat pemerintahan, tapi juga pusat bisnis, maka gedung 34 kementerian, gedung MPR/DPR/DPD, kantor lembaga negara dan kantor pusat partai politik juga harus dipindah ke Kaltim. 

BERITA TERKAIT :
DPR Minta Status Jakarta Sebagai Ibu Kota Segera Dicabut, Slow Bung Jangan Kebelet Lah
Jokowi Minta Cabut Laporan, Butet Sindir Relawan Jangan Cari Muka Dan Penjilat Kekuasaan

"Jadi, membicarakan soal pemindahan Ibu Kota tidak perlu serius, karena pemerintah nggak ada uangnya. Masalah ini cuma cocok dibicarakan di warung kopi sambil nunggu bedug magrib saat puasa!" katanya. 

Meski demikian Ridwan mengatakan, dia setuju Ibu Kota dipindah. Bahkan jika perlu secepatnya, karena di era revolusi, Jakarta bukan Ibu Kota dan kehidupan kala itu sangat asyik. Bahkan ia yang kala itu masih anak-anak, sangat menikmati hidup di Jakarta. 

"Tapi saya sarankan, kalau Ibu Kota sudah dipindah, Jakarta harus dibuat menjadi kota yang berkarakter agar orang (turis asing dan domestik, red) tertarik," katanya. 

Ia mengingatkan, para turis yang berkunjung ke Situs Betawi Situ Babakan, Jakarta Selatan, datang untuk melihat behavior masyarakatnya, dan tak tertarik jika misalnya disuguhi atraksi topeng monyet. 

"Jadi, membicarakan soal pemindahan Ibu Kota memang tak perlu serius. Realistis saja. Apalagi karena wilayah yang dijadikan sebagai Ibu Kota baru (Kabupaten Penajam dan Kutai Kartanegara) sebagian merupakan lahan gambut!" tegasnya.