Kamis,  09 May 2024

Banyak Pabrik Di Bodetabek, Air Tanah Jakarta Tercemar Zat Bahaya  

NS/RN/CR
Banyak Pabrik Di Bodetabek, Air Tanah Jakarta Tercemar Zat Bahaya  
Pasukan Orange membersihkan sampah di kali.

RADAR NONSTOP - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan warning kepada DKI Jakarta. Dengan beban kota yang berat, Jakarta terancam kena bencana.

Selain itu, air tanah di Jakarta saat ini sudah tercemar zat berbahaya. Bahkan, Jakarta  menjadi kota dengan penurunan tanah yang tercepat di dunia. 

“Penurunan muka tanah di Jakarta menjadi yang tercepat di dunia. Air tanah di DKI Jakarta juga sudah tercemar dan tidak layak konsumsi. Cisadane, Citarum dan Ciliwung menjadi tiga sungai besar yang melewati Jakarta dan mengandung timbal hingga merkuri,” terang Kepala BNPB Doni Monardo di Jakarta kepada wartawan, Minggu (29/12).

BERITA TERKAIT :
Banjir Jakarta Gak Ada Obatnya, Butuh Gubernur Radikal Atau 1/2 Gila
JARI’98 Turut Berduka Atas Bencana Gempa dan Banjir, Semoga Diberi Kesabaran dan Ketegaran Iman

Pemprov DKI diminta mewujudkan penghijauan kota dengan menanam pohon, sebagai solusi atas buruknya kualitas udara karena polusi kendaraan bermotor dan minimnya hutan kota yang berdampak pada kesehatan warga.

Ancaman Bencana

Doni juga mengungkapkan potensi ancaman bencana dari kegagalan teknologi dan human error, mengingat banyaknya kawasan industri di seputaran Jabodetabek.

“Gagal teknologi bisa jadi ancaman terutama di wilayah barat kota Jakarta. Banyak sekali pabrik dan industri yang apabila terjadi kegagalan teknologi dapat menjadi potensi ancaman bagi Jakarta,” ujarnya.

Dia juga berpesan agar Pemprov DKI serius mengatasi bencana tahunan seperti banjir. Apalagi, Jakarta pernah diguncang gempa besar setidaknya tiga kali dalam kurun satu abad per kejadian. 

Masing-masing terjadi pada 5 Januari 1699, kemudian 22 Januari 1780, dan 10 Oktober 1834. Menurut penelitian, Jakarta masih masuk dalam wilayah yang dipengaruhi oleh tiga zona patahan: Patahan Baribis, Patahan Kendeng dan Indo-Australia yang terletak di selatan Pulau Jawa.

Doni meminta BPBD DKI Jakarta mementingkan upaya mitigasi, khususnya untuk infrastruktur sarana transportasi massal dan obyek vital, karena bagaimanapun keselamatan masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah daerah.

“Buat mitigasi khusus untuk transportasi umum seperti LRT, MRT, KRL. Karena tanpa ada mitigasi yang baik, para pengguna transportasi ini bisa terjebak dalam kondisi yang buruk jika terjadi bencana. Segera lapor ke Gubernur untuk mengambil langkah,” bebernya.

Selain gempa, potensi ancaman bencana bagi Jakarta juga datang dari gunung api. Doni menyinggung peristiwa Gunung Krakatau yang meletus dan berdampak bagi wilayah Selat Sunda hingga Jakarta pada abad 18. Selain itu potensi gunung api bisa saja datang dari Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun Salak.

Pada Jumat 27 Desember lalu, Doni Monardo berkunjung ke Kantor BPBD DKI Jakarta, sekaligus meminta pemerintah provinsi setempat meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap berbagai potensi bencana.

Mantan Danjen Kopassus itu juga memaparkan tentang fenomena pergerakan tanah berupa penurunan permukaan tanah yang terjadi di Jakarta khususnya wilayah pesisir utara. Penggunaan air tanah yang berlebihan dan pesatnya pembangunan gedung bertingkat menjadi faktor penyebab terjadinya fenomena tersebut.