RADAR NONSTOP - Kasus Harun Masiku sempat membuat goyang PDIP. Partai yang dua kali menang pemilu ini habis dibully.
Tapi nampaknya kasus Harun tak membuat Banteng limbung. Buktinya, hasil survei menyebutkan kalau partai yang didirikan Megawati itu masih kokoh dan kuat. Buktinya hasil Survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research.
Survei ini menunjukkan PDI Perjuangan (PDIP) tidak akan bernasib seperti Demokrat yang suaranya anjlok setelah dua periode jadi partai penguasa. PDIP diprediksi akan kembali unggul di Pemilu 2024 alias jadi juara tiga periode berturut-turut.
BERITA TERKAIT :Imbas Hasto Tersangka, Yasonna Kena Cekal, Agar Tak Hilang Seperti Harun Masiku?
KPK Punya Bukti Duit Suap, Hasto Ngeri-Ngeri Sedap Nih
“Jika pemilu digelar saat ini, PDIP meraih elektabilitas tertinggi yaitu sebesar 28,7 persen,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam siaran pers di Jakarta, pada Selasa (25/2).
Sedangkan Gerindra membayangi dengan elektabilitas 14,3 persen. Tiga partai politik lainnya dipastikan aman posisinya jika ambang batas parlemen tidak berubah, yaitu Golkar (9,4 persen), PKS (6,2 persen), dan PKB (5,1 persen). Suara Demokrat hanya sebesar 3,5 persen, disusul PPP (3,0 persen), Nasdem (2,6 persen), dan PSI (2,5 persen).
“Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengalami peningkatan elektabilitas jika dibandingkan perolehan suara pada Pileg 2019 lalu yang hanya meraih 1,89 persen,” tutur Vivin. Meskipun tidak memiliki wakil di Senayan, PSI berhasil menguasai satu fraksi di DPRD DKI Jakarta.
“Menariknya, meskipun PDIP adalah parpol paling kuat, tetapi sosok kader partai pengganti Jokowi masih belum kuat menandingi figur capres pilihan publik,” ungkap Vivin. Temuan survei indEX menunjukkan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan merupakan capres terkuat saat ini.
Harun adalah mantan calon anggota legislatif PDIP daerah pemilihan Sumatera Selatan I. Harun sudah ditetapkan menajdi tersangka oleh KPK dalam kasus dugaan suap ke mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan.
Kasus ini terbongkar dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang digelar KPK, pada 8 Januari. Namun, Harun saat itu tak ikut tertangkap. KPK hanya berhasil menangkap Wahyu Setiawan dan tujuh orang lainnya.
Setelah OTT dan penetapan tersangka, Harun hilang. KPK pun mengimbau agar mantan kader partai banteng itu menyerahkan diri.