RADAR NONSTOP - Bisnis maskapai penerbangan amburadul. Banyak maskapai internasional mengalami kerugian hingga perusahaan morat-marit.
Seperti Australia Qantas Airways. Maskapai Australia ini mengaku pesimis bisa melakukan penerbangan internasional sebelum Juli 2021.
Saat ini Qantas juga telah menelan kerugian yang besar akibat pandemi COVID-19 yang terjadi di seluruh negara.
BERITA TERKAIT :Artis Tajir, Bisnis Prilly Latuconsina Dari Klub Bola Hingga Toko Roti
Syarat TOEFL Digugat, Dituding Sebagai Bisnis Terselubung
Pada periode Juni, Qantas mencatat kerugian 2,7 miliar dolar Australia atau setara dengan US$ 1,9 miliar. Ini terjadi karena terbatasnya jadwal penerbangan akibat pembatasan sosial berskala besar untuk menekan penyebaran virus.
Selain itu Qantas juga memproyeksi pada akhir tahun akan mencatat penurunan pendapatan hingga 4 miliar dolar Australia atau sekitar USA$ 2,9 miliar.
CEO Qantas Group Alan Joyce mengungkapkan tahun ini merupakan yang paling berat untuk industri penerbangan dalam 100 tahun terakhir. Namun perusahaan juga berupaya untuk bertahan dari tekanan ini.
"Kami bahkan harus membuat keputusan sulit dalam beberapa bulan terakhir untuk masa depan kami. Setidaknya ada 6.000 orang yang terpaksa dikeluarkan," kata dia dikutip dari CNN, Kamis (20/8/2020).
Dia menyebutkan pemulihan perusahaan ini membutuhkan waktu yang lama dan penuh tantangan. Joyce menyebut pandemi COVID-19 ini menghantam keras industri penerbangan. Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengharapkan perjalanan udara dengan rute internasional bisa segera pulih dan krisis bisa selesai sebelum 2024.