RADAR NONSTOP - Rem darurat yang dilakukan Anies Baswedan dijadikan alasan anjloknya rupiah. Apalagi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pagi ini dibuka anjlok ke level 4.961.
Padahal sejak Maret 2020, ekonomi dan daya beli masyarakat memang sudah anjlok. Bahkan Jokowi juga sudah menyentil para pembantunya yang kurang maksimal kerja dalam menuntaskan ekonomi saat pandemi Corona.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyoroti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pagi ini dibuka anjlok ke level 4.961. Menurut Airlangga, penyebabnya ialah pengumuman keputusan PSBB Jakarta yang diperketat lagi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
BERITA TERKAIT :Arus Mudik Nataru Dongkrak Ekonomi Daerah, Perputaran Duit Bisa Tembus Puluhan Triliun
SBY: Blok Dunia Makin Rumit Dan Ruwet
"Beberapa hal yang kita lihat sudah menampakkan hasil positif, berdasarkan indeks sampai dengan kemarin, karena hari ini indeks masih ada ketidakpastian karena announcement (pengumuman) Gubernur DKI (Anies Baswedan) tadi malam, sehingga indeks (saham) tadi pagi sudah di bawah 5000," ungkap Airlangga dalam Rakornas Kadin, Kamis (10/9/2020).
Ia mengatakan, keputusan memperketat PSBB Jakarta ini berdampak langsung pada sentimen masyarakat terutama di pasar keuangan.
"Kita harus melihat gas dan rem ini. Kalau digas atau rem mendadak itu tentu harus kita jaga confident publik. Karena ekonomi tidak hanya fundamental, tapi juga sentimen, terutama untuk sektor capital market," jelasnya.
Sebagai informasi, pada perdagangan awal pagi ini, IHSG terjun 154,7 poin atau 2,99% ke posisi 4.988,33. Sementara indeks saham LQ45 juga melemah 5% ke posisi 863,12.
Selang 2 menit setelah pembukaan, IHSG kembali tertekan 3,16%. Hingga pukul 09.20 waktu JATS, IHSG masih tertekan dengan turun 3,6% atau turun 188 poin ke level 4.961.
Anggota Komisi XI DPR RI dari F-Gerindra Kamrussamad punya pandangan lain. Dia mengkritik Airlangga. Dia menilai pernyataan Airlangga mencerminkan sikap pemerintah pusat yang terlalu fokus ke ekonomi.
"Pernyataan Menko Perekonomian cermin pola pikir pemerintah yang melihat ekonomi lebih penting dari kesehatan dan keselamatan jiwa rakyat," kata Kamrussamad kepada wartawan pada Kamis (10/9/2020).
Dia menilai pola pikir tersebut menjadi persoalan dalam penanganan pandemi COVID-19 selama ini. Menurutnya, pemerintah sejak awal takut perpanjangan PSBB, sehingga membuat virus semakin menyebar di Indonesia.
"Dan ini merupakan problem utama sejak awal, takut lockdown akhirnya di-lockdown oleh puluhan negara, takut perpanjang PSBB akhirnya virus membuat peternakan sendiri dalam transmisi setiap komunitas warga," ucap Kamrussamad.
Kamrussamad menilai IHSG yang fluktuatif di masa pandemi sebagai hal yang biasa. Ia mengimbau agar setiap pihak tidak saling menyalahkan satu sama lain.
"IHSG yang fluktuatif dalam zaman COVID adalah hal biasa, tidak perlu menyalahkan satu sama lain," ujar Kamrussamad.
Lebih lanjut, Kamrussamad menilai keputusan PSBB DKI yang diperketat kembali sudah tepat. Sebab, menurutnya, rumah sakit DKI sudah penuh pasien COVID-19.
"Keputusan Gubernur DKI untuk berlakukan PSBB ketat mulai 14 September adalah langkah tepat. Karena, dari 34 provinsi, baru DKI yang memenuhi standar jumlah spesimen warga yang ditentukan oleh WHO 1:1.000, hasilnya semua rumah sakit penuh pasien COVID," tutur Kamrussamad.
Saat ditemui beberapa warga DKI Jakarta menuai pro kontra soal rem darurat. "Bagus PSBB lah. Kan demi keselamatan nyawa manusia, ini kenapa ekonomi, aneh aja. Dan sejak Maret kok sudah amburadul ekonomi," tegas Sobir warga Kembangan, Jakbar.