Jumat,  22 November 2024

32 Ribu Janin Dibunuh

Pandemi Corona, Pasangan Selingkuh Lakukan Aborsi Di Senen 

NS/RN/NET
Pandemi Corona, Pasangan Selingkuh Lakukan Aborsi Di Senen 
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Polisi kembali mengungkap praktek klinik aborsi. Klinik yang terletak di Jalan Percetakan Negara III, Senen, Jakarta Pusat (Jakpus) itu ternyata mencari pasien lewat website.

Web klinikaborsiresmi.com yang ditawarkan kepada pelaku menawarkan beberapa paket. Dari penyidikan polisi, ternyata pasien juga membludak saat Corona melanda Jakarta. 

Pasiennya berasal dari Jabodetabek dan berbagai daerah.

BERITA TERKAIT :
Istri Selingkuh Dan Kabur Dari Rumah, Buruh Bangunan Bantai Mandor
Ibu Biadab Jual Bayinya, Pembeli Bisa Order Di Depok Dengan Harga Rp 45 Juta

"Bagaimana cara mereka menarik pasien? Itu melalui website yang ada. Ada 1 website, website itu adalah klinikaborsiresmi.com," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (23/9/2020).

Yusri mengatakan Polda Metro Jaya menggerebek klinik tersebut pada Rabu (9/9) sekitar pukul 12.00 WIB. Ada 10 tersangka yang diamankan di kasus ini, yaini LA (52), DK (30), NA (30), MM (38), YA (51), RA (52), LL (50), ED (28), SM (62), dan RS (25). Kasus ini terungkap setelah polisi menerima informasi dari masyarakat bahwa ada klinik aborsi di daerah Jakpus.

Yusri menambahkan klinik ini secara terang-terangan mempromosikan jasa aborsi melalui website dan media sosial.

"Nanti kita koordinasi dengan Kominfo, juga nanti dengan cyber untuk bisa patroli lagi, karena ini sangat terbuka sekali (mempromosikan praktik aborsi) di website (klinikaborsiresmi.com) tersebut. Kemudian di media sosialnya bisa menawarkan aborsi dengan biaya yang ada," ucap Yusri.

Yusri menambahkan pemilik klinik tersebut adalah LA. Pelaku LA, lanjutnya, merekrut DK untuk menjadi dokter aborsi. Dalam melakukan praktik aborsi, tersangka DK dibantu pelaku YA dan LL.

Sedangkan pelaku RA adalah sekuriti. Untuk pelaku NA di bagian registrasi pasien dan tersangka MM melakukan USG ke pasien. Lalu pelaku ED adalah petugas cleaning service dan yang menjemput pasien, serta tersangka SM adalah ibu yang ingin mengaborsi janinnya.

Yusri mengatakan awalnya klinik ini beroperasi pada 2002-2004. Operasi klinik ini pun terhenti. dan beroperasi kembali pada 2017. Dan sampai saat ini, klinik ini buka kembali dan melayani praktek aborsi ilegal dari Senin sampai Sabtu.

Untuk tarif yang dikenakan sekitar Rp 2 juta untuk mengaborsi janin berusia di bawah 5 minggu dan Rp 4 juta untuk janin yang telah berumur di atas 5 minggu.

Dalam sehari, lanjut Yusri, klinik ini bisa melayani 5-6 pasien. Keuntungan yang diraup klinik aborsi ini setiap hari sekitar Rp 10 juta.

"Dalam 1 hari itu kelompok ini bisa meraih untung Rp 10 juta dengan pembagian dokter dapat bagiannya 40 persen, kemudian nanti ada agennya sendiri, kemudian ada juga untuk pegawainya. Pegawainya dibayar Rp 250 ribu sehari. Tetapi Minggu tutup," ujar dia.

"Kalau kita hitung total dari 2017, kita kalikan kalau kita hitung berapa keuntungan yang diraup, itu ada sekitar Rp 10 miliar lebih. Dihitung dari 2017, ada 32 ribu lebih janin, (ada) 32.760 janin yang sudah digugurkan. Ini yang sudah kita hitung, masih kita dalami lagi," tambah Yusri.