RADAR NONSTOP – Fraksi PKS DPR RI pada Selasa (22/12), sukses menggelar Final Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK) 2020 yang telah memasuki periode ke-4.
Berbeda dari penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, LBKK tahun ini dilaksanakan secara virtual sebagai dampak pandemi Covid-19.
Meski virtual, sama sekali tidak mengurangi antusiasme peserta yang tercatat diikuti 1744 santriwan dan santriwati, dari 635 pondok pesantren, dan tersebar di 216 Kabupaten/Kota dari 21 provinsi.
BERITA TERKAIT :Dedi Mulyadi Sudah 71,5 Persen, Syaikhu Gak Laku Dan PKS Lagi Anjlok
DPRD Tangsel Tancap Gas, Kebut 12 Raperda Di 2025
Lomba memperebutkan hadiah senilai total Rp 752.220.000 dengan hadiah utama yaitu umroh ke Tanah Suci. Tampil sebagai dewan juri KH Syuhada' Syarkun (Pengasuh Ponpes Tebuireng Jombang), KH Muslih Abdul Karim (Ketua Umum MAPADI), KH Ali Akhmadi (Ketua BPKD PKS).
Acara LBKK ke-4 dibuka secara resmi oleh Presiden PKS Ahmad Syaikhu dan ditutup oleh Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Aljufri.
Menurut Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dalam sambutannya, Lomba Baca Kitab Kuning yang sudah memasuki tahun ke-4 ini adalah bentuk konsistensi Fraksi PKS dalam mensyiarkan khasanah keilmuan pesantren.
"Fraksi PKS adalah yang pertama menggelar lomba baca kitab kuning di DPR sejak Indonesia merdeka. Lomba baca kitab kuning ini kita selenggarakan sebagai bentuk kecintaan kepada khasanah keilmuan Islam. Sebagai bentuk kecintaan pada ulama. Dan sebagai upaya untuk menjaga akidah ahlussunah wal jamaah," terang Jazuli.
Hal ini, lanjut Jazuli Juwaini, sejalan dengan garis perjuangan Fraksi PKS yang memperjuangkan kerakyatan, keumatan, dan pengokohan nasionalisme Indonesia.
"Dalam wilayah keumatan, Fraksi PKS bersama-sama fraksi lainnya telah berhasil mengesahkan Undang-Undang Pesantren. Ini adalah bentuk penghormatan kepada pesantren, ulama, dan santri yang begitu besar kontribusinya bagi bangsa dan negara sejak masa perjuangan kemerdekaan," jelasnya.
Anggota Komisi I DPR ini menegaskan bahwa negara ini adalah warisan para ulama dan santri pejuang. Mereka bukan saja terlibat aktif dalam perjuangan fisik tapi juga meletakkan dasar negara Indonesia.