Sabtu,  20 April 2024

Varian Baru Bisa Rusak Vaksin Corona, Ini Faktanya... 

NS/RN/NET
Varian Baru Bisa Rusak Vaksin Corona, Ini Faktanya... 
Ilustrasi

RADAR NONSTOP - Varian baru Corona bisa merusak keberhasilan vaksin. Apalagi, pandemi Corona di Indonesia belum berhasil dikendalikan secara maksimal.

Saat ini sudah ada 17 negara di dunia yang sudah terdampak varian baru Corona. 

Sementara Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, varian baru Covid-19 yang lebih cepat menular dan berpotensi dapat menganggu keberhasilan program vaksinasi Covid-19.

BERITA TERKAIT :
Korupsi Covid-19 Di Kemenkes, KPK Jangan Ragu Borgol Para Pemain APD?
APD Covid-19 Dikorupsi, Anggota DPR Ihsan Yunus Pakai Masker Ke KPK?

Dicky menegaskan bahwa pandemi Covid-19 Indonesia belum terkendali. Sehingga, jika varian baru Covid-19 itu telah ada di Tanah Air bisa saja meningkatkan angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19.

"Ini akan mengganggu dari keberhasilan program vaksinasi. Tapi mengganggu vaksin Covid-19 ya belum tentu. Tapi kalau mengganggu program vaksinasi ya jelas karena meningkatkan angka reproduksi dengan misalnya angka 2 bisa jadi 3," kata Dicky saat dihubungi, Minggu (27/12/2020).

Menurut Dicky, varian baru Covid-19 berdampak pada semakin tinggi dan terencananya efikasi vaksin Covid-19.

Varian baru Covid-19 itu, lanjut dia, juga bakal menyerang kelompok produktif dan aktif sehingga semakin memberatkan situasi pandemi Covid-19 di Tanah Air.

"Ini menambah lagi memberatkan dan memperburuk pandemi kita. Saya tidak menakut-nakuti tapi itu lah yang harus direspon," jelasnya.

Sebelumnya, Dicky menerangkan bahwa varian baru virus Covid-19 dari Inggris berpotensi telah menyebar ke Indonesia.

Dia menduga jenis baru virus Covid-19 yang lebih mudah menular itu telah ada di Tanah Air lantaran virus tersebut sudah dilaporkan sejak September lalu. Apalagi, Singapura telah mengkonfirmasi kasus pertama virus tersebut sudah ada di negaranya.

"Terkait Covid baru ini sangat besar kemungkinan sudah masuk di Indonesia. Karena sudah terjadinya di September dan dilaporkan Desember," ujar Dicky.

Dia mengatakan, mutasi virus corona yang lebih ganas itu belum ditemukan di Indonesia lantaran jumlah testing dan sistem deteksi dini Covid-19 Indonesia belum memadai.

Selain itu, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan sistem pengetatan di perbatasan dan pintu masuk Indonesia yang relatif longgar juga berpotensi mengakibatkan virus tersebut telah berada di Tanah Air.

"Memang ini tidak menyebabkan keparahan besar. Tapi dengan semakin efektif dan efisiennya dia melakukan replikasi dan infeksi ini akan berdampak pada sistem pelayanan kesehatan," tuturnya.