RN - Corona menyerang semua sektor. Diprediksi dampak dari virus mematikan itu bisa sampai 10 tahun ke depan atau sekitar 2031.
Dampak ekonomi yang ambradul jika komponen pertumbuhan ekonomi dunia, terutama investasi tidak menunjukkan pemulihan.
"Ini diperkirakan bisa berlangsung untuk 10 tahun kedepan jika kita tidak melakukan perubahan-perubahan dari sisi kebijakan, maupun tidak terjadi recovery dari investasi," ungkap Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu dalam webinar Forum Diskusi Salemba 46, Sabtu (30/1/2021).
BERITA TERKAIT :Jerman Dan Inggris Krisis Bikin Pengusaha +62 Parno Lalu Tahan Duit
Dampak Ekpor Pasir Laut, Banyak Pulau Rawan Tenggelam
Ia mengatakan, sebelum pandemi Corona pun kondisi investasi global sudah menunjukkan adanya penurunan.
"Yang juga perlu dicatat adalah the collapse of investment yang terjadi sebelum pandemi pun itu sudah kelihatan," tutur mantan menteri di era SBY ini.
Bahkan, sejak adanya krisis keuangan global atau global financial crisis pada 2008 silam, pertumbuhan investasi dunia belum kembali pulih seperti sebelum adanya krisis itu. Ditambah lagi dengan pandemi COVID-19, maka kondisi investasi global semakin terpuruk.
"Very short fall per capita GDP dan investment itu sebenarnya sejak global financial crisis never recovered back to before global financial crisis. Dan kena pandemi collapse lagi," terang Mari.
Di sisi lain, dalam laporan Global Economic Prospects 2021 yang dirilis Bank Dunia, kondisi investasi global pada tahun 2022 diramal belum akan pulih.
"Kelihatannya di 2022 pun terkecuali China prediksinya tdk akan ada recovery. Kalau kita ingin menggambarkan recovery atau growth, it cannot happen without investment. ini temuan yang sangat mengkhawatirkan dari segi forecast. Dan ini salah satu hal yang perlu menjadi perhatian bagi semua. Bagaimana kita pulihkan investasi? Ini jadi pertanyaan untuk semua negara," ujarnya.
Bank Dunia sendiri memprediksi ekonomi dunia tumbuh 4% di tahun 2021 ini. Namun, prediksinya akan lebih buruk jika pandemi Corona masih berlanjut.
"Gambaran forecast bisa lebih buruk jika risiko terhadap global outlook terjadi, dan tentu jika pandemi berlanjut. Sekarang banyak yang sangat concern dengan strain yang baru. Ada second wave, third wave, dan juga vaksin (COVID-19)," paparnya.