RN - Ancaman resesi 2023 dan letoynya rupiah membuat para pengusaha limbung. Yang terkena dampak nyata adalah pelaku UMKM.
Untuk para pengusaha muda sebaiknya terus bergerak. Karena, ide atau konsep brilian biasanya mampu menerjang badai ekonomi yang saat ini sedang dihantui resesi.
Belajar dari krisis 1998, banyak pengusaha muda dengan ide-ide nyeleneh dan brilian mampu hidup dan berkembang. Mereka berhasil lolos dari jeratan krisis karena tipe anak muda adalah selalu mencari sensasi.
BERITA TERKAIT :Jumlah Pengangguran Di Indonesia Tertinggi Di Asia, Kenapa BPS Setiap Tahun Selalu Bilang Turun?
Jerman Dan Inggris Krisis Bikin Pengusaha +62 Parno Lalu Tahan Duit
Tantangan perekonomian saat ini sangatlah berat. Berbagai elemen yang bakal terkena jika terhantam krisis adalah restoran, pasar, pusat perbelanjaan, transportasi online, hingga para pemilik UKM.
Pada krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008, sektor UKM memang jadi penopang ekonomi karena mayoritas belum dapat akses finansial dan permodalan sehingga tidak terdampak krisis. Namun saat ini, sektor UKM justru paling rentan atas imbas virus corona.
Data Goldman Sachs menunjukkan sebanyak 96% pemilik UMKM di Amerika Serikat telah merasakan dampak dari pandemi COVID-19 dan 75% dari usaha mereka mengalami penurunan penjualan.
Beberapa terobosan untuk keluar dari krisis adalah manfaatkan media sosial sebagai channel utama pemasaran. Media sosial dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan produk atau usaha yang kamu miliki jika kamu belum mencobanya.
Kedua, pastikan cashflow terjaga dengan sehat. Arus kas menjadi unsur paling penting dalam bisnis sehingga pemilik usaha harus mampu mengelola uang tunai secara optimal. Saat ini, pemilik usaha ada yang menjadi terhambat dalam melakukan penagihan dan pembayaran kepada mitra karena biasa dilakukan manual tatap muka.
Ketiga, rencanakan ulang pendapatan dan pangkas anggaran biaya. Melihat kembali rencana anggaran biaya menjadi hal yang krusial di masa ini. Pemilik usaha harus dapat memilah pos anggaran mana yang menjadi prioritas dan melakukan penyesuaian budget dengan kondisi saat ini.
Keempat, selalu monitor transaksi bisnis. Lakukan transaksi perbankan secara online di rumah.
Kelima, perhatikan kondisi stok barang. Cek status persediaan barang secara berkala dan real time. Dan teknologi memegang peranan besar dalam keberlangsungan operasional perusahaan dalam kondisi saat ini.
Dolar Kuat
Diketahui, melemahnya kurs rupiah terhadap dolar disebabkan oleh rencana kenaikan suku bunga AS atau the Fed Funds Rate (FFR) November nanti. Di tengah ketidakpastian global, investor mengakumulasi dolar sebagai instrumen investasi yang relatif aman.
Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah mendekati kisaran Rp 15.600, Kamis (20/10/2022). Ini adalah level terendah rupiah sejak era pandemi bulan April 2020 saat rupiah sempat menembus Rp 16.400.
"Tingginya ketidakpastian global membuat investor tertarik dengan safe haven USD, membuat rupiah mendekati level Rp 15.500 minggu ini," tulis NH Korindo dalam risetnya hari ini, Kamis (20/10/2022).
Ekonom Senior Chatib Basri mengatakan, penguatan dolar AS didorong derasnya aliran modal yang akan masuk ke Amerika Serikat. Bagi investor, pertumbuhan AS saat ini masih lebih baik dibanding negara-negara di Eropa.
Mantan Menteri Keuangan ini memperkirakan apa yang terjadi terhadap perekonomian Indonesia saat resesi global yang disebut-sebut bakal terjadi pada tahun 2023.
“Sebetulnya ekonomi Indonesia menurut saya masih relatif kuat,” ujar dia dalam acara Indonesia Khowledge Forum XI 2022 yang digelar virtual pada Selasa, 18 Oktober 2022.
Chatib mengatakan dalam 6 hingga 8 bulan ke depan itu akan ada implikasi dari perkembangan situasi global yang bisa berpengaruh kepada ekonomi Indonesia. Dia memang masih percaya pada tahun 2022, bahkan kuartal ketiga, Indonesia mungkin akan tumbuh relatif kuat sekali, sekitar 5,4 persen atau 5,5 persen.
Sementara, angka core inflation Amerika Serikat diumumkan lebih tinggi daripada yang diperkirakan, bahkan core inflation di bulan September itu lebih tinggi daripada bulan Agustus. Implikasinya adalah dia memperkirakan bahwa mungkin dalam Federal Open Markets Committee (FOMC) meeting nanti The Fed akan secara agresif menaikkan bunga.
“Sehingga kemungkinan bahwa kenaikan Fed Fund Rate 75 basis poin itu cukup besar, lalu akan naik lagi nanti mungkin 50 basis poin pada Desember,” kata dia.
Jika ekonomi Amerika—sebagai salah satu motor besar di dalam tubuh di dunia—mengalami pelemahan maka akibatnya bukan tidak mungkin bahwa global ekonomi juga akan mengalami slow down. “Mengapa saya berani katakan begini? Karena saya juga melihat hal yang mirip itu terjadi di Jerman. Bahkan dalam kondisi yang jauh lebih buruk,” ucap Chatib.
Dia menjelaskan akibat dari perang dengan Ukraina, Rusia dengan berbagai alasan mengurangi ekspornya ke Jerman. Khususnya ekspor dalam bentuk gas padahal Jerman sedang memasuki musim dingin. Jadi bisa dibayangkan bahwa sistem pemanas di Jerman itu membutuhkan gas, manufaturnya juga membutuhkan gas karena sumber energinya datang dari gas.