RADAR NONSTOP - Partai NasDem tidak lolos ke parlemen di Pileg 2019. Demikian hasil dari berbagai lembaga survei.
Terakhir, temuan Alvara Research Center menyebutkan partai pimpinan Surya Paloh itu adalah salah satu parpol yang diprediksi tidak akan mampu mencapai abang batas parlemen (treshold).
Merespon hasil survei itu, Sekjen DPP Nasdem Johnny G Plate justru mengatakan bahwa hasil survei tersebut salah. Alasan Ketua Fraksi NasDem di DPR itu, lembaga survei hanya mengukur elektabilitas parpol di tingkat permukaan. Padahal, kata anggota Komisi XI di DPR ini, Pileg sangat dipengaruhi tokoh-tokoh politik yang dimajukan suatu partai.
BERITA TERKAIT :Ongen Sangaji Bantah Partai Nasdem Tidak Maksimal Dukung RIDO
Trump Tuding Kamala Harris Akan Bawa AS Perang Dunia Ke-3
"Jadi kalau hasil survei yang berkesimpulan nanti akan tereliminasi, maka itu salah kaprah. Karena parpolnya sendiri tidak me-represent hasil Pemilu 2019. Dia hanya salah satu komponennya saja. Komponen yang besar justru dari politisi," kata Johnny di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, kemarin.
Johnny malah meyakini, bahwa partainya siap memenangkan Pileg 2019 dengan target perolehan dua digit suara. "Kami mempunyai target 18 juta suara karena kami mempunyai kekuatan di politisi-politisi tangguh," beber pria berkaca mata itu.
Beberapa waktu lalu, Survei LIPI sendiri menempatkan elektabilitas Partai NasDem di angka 2,1% atau di bawah ambang batas parlemen (4%). Menurut Johnny, lagi-lagi hasil tersebut tidak bisa dijadikan rujukan.
“Jadi survei itu bias, tidak akurat, dan keliru interpretasinya kalau menghubungkan hasil survei parpol dengan parliamentary threshold. Korelasinya nggak ada, bias. Jadi kalau 2,1% nggak lolos parliamentary threshold itu keliru. Itu tidak paham apa proses politik," ketus Johnny.
"Sebagai contoh tahun 2014, NasDem survei 1,6%, tapi hasil Pemilu 6,7%. Dari mana 5% nya? Dari figur," tandas Johnny.
Sementara itu, Ketua DPP NasDem Irma Suryani juga membandingkan hasil Pemilu 2014 di mana NasDem meraih 6,7%. Berkaca dari hal tersebut, Irma menegaskan mesin parpol akan bergerak untuk melenggang ke Senayan. "Tahun 2014 NasDem belum punya bupati, wali kota, gubernur dan caleg saja sudah bisa dapat 6,7%, padahal waktu itu survei juga cuma 2%-an. Bagi kami yang penting kerja, survei hanya untuk menambah motivasi saja," tandas Irma.
Elektabilitas parpol ini didasari hasil survei LIPI. Survei digelar pada 19 April-5 Mei 2018 dengan melibatkan 2.100 responden. Margin of error (MoE) survei sebesar +/- 2,14 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut ini elektabilitas parpol berdasarkan survei LIPI:
1. PDI Perjuangan 24,1 persen
2. Golkar 10,2 persen
3. Partai Gerindra 9,1 persen
4. PKB 6 persen
5. PPP 4,9 persen
6. Partai Demokrat 4,4 persen
7. PKS 3,7 persen
8. Perindo 2,6 persen
9. PAN 2,3 persen
10. NasDem 2,1 persen
11. Hanura 1,2 persen
12. PBB 0,7 persen
13. Partai Garuda 0,2 persen
14. PSI 0,2 persen
15. Partai Berkarya 0,2 persen
Tidak menjawab 26,1 persen
Tidak memilih (golput) 2 persen
Sebelumnya juga, Pendiri Alvara Research Center Hasanuddin Ali mengatakan, survei nasional yang dilakukan pada 8-22 Oktober 2018 dan melibatkan 1.781 responden di 33 provinsi menunjukkan PDI Perjuangan (29,9 persen), Gerindra (18,4 persen), Partai Golkar (9,5 persen), PKB (7,2 persen) dan Partai Demokrat (6,3 persen) yang lolos ambang batas parlemen.
Sedangkan, parpol lama yang elektabilitasnya berada di bawah Partai Demokrat, yakni Partai Nasdem (3,4 persen), PKS (2,9 persen), PPP (2,2 persen), PAN (1,6 persen) dinilai masih memiliki peluang lolos dalam Pemilu 2019.