Jumat,  22 November 2024

Puncak Sepi, Pedagang: Semoga Kita Bisa Bertahan Hidup 

NS/RN
Puncak Sepi, Pedagang: Semoga Kita Bisa Bertahan Hidup 
Ilustrasi

RN - Sejumlah pedagang di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor teriak. Mereka mengaku, selama PPKM diperpanjang sudah berat untuk bertahan lagi. 

Hampir setiap hari dagangnnya dibuang karena tidak laku. "Semoga aja kita bisa bertahan hidup," tegas pedagang bakso yang biasa disapa Akang ini saat ditemui di kawasan Puncak, Sabtu (7/8) dinihari. 

Akang mengaku, dirinya sudah menjual motor dan beberapa benda berharga untuk bertahan hidup. "Gimana mas, kita ini buat makan aja sulit sekarang," keluhnya. 

BERITA TERKAIT :
Ancol Tata Pedagang Asongan Di Kawasan Pantai untuk Naik Kelas
Daya Beli Anjlok, Sales Mobil: Omzet & Target Amburadul 

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Puncak Cisarua Bogor, Teguh Mulyana mengatakan, selain kehilangan wisatawan lokal dari luar Bogor, kawasan wisata Puncak juga kehilangan wisatawan dari Timur Tengah selama PPKM diterapkan.

“Enggak ada (wisatawan) sama sekali, di Timur Tengahnya di-setop, di sini juga sama, sampai sekarang belum ada. Tamu Timur tengah biasanya pertahun nyampe 3.000,” kata Teguh kepada Republika, Jumat (6/8).

Saat ini para PKL yang berjualan di tempat wisata mengalami sepi pembeli. Apalagi, sebagian besar mereka berjualan makanan seperti soto bogor, bakso, mie ayam, mie instan, kopi, bandrek, dan lain-lain.

“Pedagang yang tutup mah mungkin hanya 20 persen, tapi yang buka kadang-kadang terbuang barang dagangannya. Kayak soto, bakso, kuliner-kuliner itu kalau tidak ada pembeli kan dibuang,” ujarnya.

Sejumlah pedagang makanan yang masih terlihat berjualan yakni di kawasan kebun teh Gunung Mas. Tepatnya di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Selain pedagang makanan, sejumlah pedagang di sentra oleh-oleh masih terlihat berjualan meski tidak terlihat ada pembeli yang menyambangi tokonya.

Lebih lanjut, Teguh mengatakan, untuk menafkahi kehidupan sehari-hari, sejumlah sopir travel yang biasa mengantar tamu Timur Tengah harus banting setir. Biasanya, mereka mengantar para tamu baik dari bandara maupun menuju bandara.

“Akhirnya ada yang jualan pake payung di pinggir jalan, itu para sopir travel karena dia butuh nafkah untuk istri dan anaknya. Mereka jadi dagang keliling menggunakan payung di pinggir jalan,” ujarnya.

Hammid (51 tahun), salah satu pedagang nasi uduk di Jalan Raya Puncak, KM 85,5, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor berharap pemerintah bisa mencarikan jalan keluar terbaik untuk dirinya dan pedagang kecil lainnya yang berjualan di kawasan Puncak. Sebab bantuan sosial (bansos) pemerintah menurutnya bukanlah langkah yang bisa menyelesaikan penderitaan para pedagang.