RN - Masih muncul kasus stunting di Kota Pekanbaru. Hal ini karena dominan faktor kesulitan ekonomi sehingga ibu hamil dan balitnya tidak mendapatkan asupan manakan gizi yang cukup.
“Ini fakto ekonomi menimbulkan dampak lanjutan, yakni rendahnya kesehatan lingkungan dan bahkan ada beberapa tempat yang tidak mempunyai kamar mandi atau MCK, dan buang air besar juga sembarangan,’’ kata Kepala Puskesmas Rejoasari Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Mira Susmita, Sabtu (22/1/2022).
Lanjut dia, untuk penurunan kasus stunting sangat dibutuhkan bantuan dari perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
BERITA TERKAIT :Anggaran Untuk Gizi Balita Cuma Seremonial, Rp 141 Triliun Dihamburkan Daerah
Anggaran Stunting Dibikin Bagito, Pejabat Daerah Ke Jakarta Cuma Belanja Ke Tanah Abang
Hasil data pada 2020, kata dia, pada tujuh kelurahan ada sebanyak 230 kasus stunting, kemudian turun menjadi 48 kasus pada 2021.
Kendati sudah turun, pihaknya tetap gencar melakukan pendataan kembali secara terus menerus dari rumah ke rumah menimbang berat badan anak di Puskesmas dan memberikan makanan pendampung ASI.
‘’Dengan demikian anak dalam kondisi kurang gizi dan berat badan rendah akan bisa dipantau secara berkala dan berikutnya diberikan tambahan makanan bergizi di samping ASI,’’ tukasnya.