Anies Baswedan selalu menjadi momok. Pujian bahkan bully selalu membayangi Gubernur DKI Jakarta itu.
Cap garis keras melekat pada Anies. Padahal tidak ada bukti kalau Anies intoleran.
Setiap kali acara keagamaan baik kristen, hindu bahkan budha, Anies selalu hadir. Cap negatif pada Anies tak membuat dirinya ambruk.
BERITA TERKAIT :Dirujak DPR, Menteri HAM Natalius Pigai Siap Dibully Dan Dicaci
Ada Ribuan Kasus Perundungan Di Kampus Kedokteran, Dari 1.000 Sekitar 30 Persen Terbukti Bully
Beberapa hasil survei menyebutkan kalau nama Anies selalu berada ditiga besar. Artinya, narasi negatif untuk menyerang Anies tidak efektif.
Apalagi sampai saat ini tidak ada bukti kalau Anies adalah garis keras atau intoleran. Bahkan, stadion bertaraf internasional yakni JIS terbuka lebar untuk semua golongan.
Bukan hanya takbiran atau sholat Idul Fitri, acara kebaktian bagi ummat kristiani, hindu dan budha pun boleh digelar di JIS.
Bagi pembully, prestasi Anies adalah bencana. Tapi, bagi pendukung kalau prestasi Anies adalah vitamin atau amunisi untuk menangkis bully dari kaum nyinyir.
Kini Anies dihadapkan pilihan karena 2024 akan digelar Pemilu dan Pilpres. Pertanyaan mendasar adalah, apakah Anies akan mendapatkan perahu (dukungan parpol-red).
Dari analisa penulis, kalau Anies hingga saat ini belum menyewa jasa konsultan untuk mengerek popularitasnya. Artinya, angka elektabilitas sekitar 13 persen sampai 15 persen adalah natural.
Apa jadinya jika Anies memakai jasa konsultan politik?
Apa jadinya juga jika Anies menyewa buzzer?
Dua pertanyaan mendasar itu hingga kini masih misteri. Tapi jika Anies membayar jasa konsultan dan membayar buzzer pasti elektabilitasnya akan meroket.
Penulis: Yan Rizal, Pemerhati Medsos