RN - Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo, Jakarta, meninggal dunia diduga karena hepatitis akut yang hingga kini masih misterius.
Sekadar informasi, tiga pasien anak yang meninggal dunia di Indonesia berusia belia dari 2 hingga 11 tahun.
Dengan adanya temuan tiga kasus ini, anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth meminta kepada Pemprov DKI Jakarta segera melakukan langkah antisipasi terhadap penyebaran penyakit hepatitis akut. Di antaranya dengan cara sosialisasi dan edukasi tentang penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
BERITA TERKAIT :Pemprov DKI Gencar Gaungkan Anti Korupsi, Coba Dong Audit Kekayaan Pejabat CKTRP?
Wakil Ketua DPRD Kab Bekasi Dibui, Kader PDIP: Kita Pesta Bung Leman Diborgol
"Pemprov DKI harus bisa melakukan antisipasi dini terhadap penyakit hepatitis akut ini, seperti sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Di samping itu, tetap melakukan upaya pengendalian COVID-19 dengan mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan," kata Kenneth dalam keterangannya,dikutip Senin (9/5/2022).
Dalam sosialisasi dan edukasi penyakit hepatitis akut ke masyarakat, pria yang disapa Kent itu meminta Pemprov DKI Jakarta harus melibatkan seluruh elemen.
"Harus melibatkan seluruh elemen Pemerintahan dan masyarakat dalam melakukan sosialisasi, dan juga seluruh unsur yang terlibat sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ada di tengah masyarakat," tegas Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan DKI Jakarta itu.
Terpenting pula, Pemprov DKI harus bisa memberikan perlindungan awal bagi masyarakat yang rentan dengan membantu memberikan kesediaan vitamin dan makanan bergizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, batita, balita, lansia dengan kategori ekonomi lemah.
"Pemprov DKI harus lebih waspada, dan berikan upaya perlindungan kepada masyarakat rentan Jakarta seperti memberikan vitamin dan makanan yang bergizi. Dan saya imbau harus disiplin menerapkan PHBS," tutur anggota Komite D DPRD DKI ini.
Ia pun berpesan jika masyarakat menemui gejala tersebut pada anak, maka segera diperiksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, agar bisa dilakukan observasi dan tindakan.
Seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta juga harus siap dan sigap dalam menangani pasien yang mengalami gejala hepatitis akut tersebut. Di samping tentunya segera melaporkan ke Dirjen P2P Kemenkes RI melalui Dinkes DKI Jakarta.
"Saya minta fasilitas kesehatan harus menangani langsung bagi masyarakat yang mempunyai gejala-gejala seperti terjangkit hepatitis, jangan bertele-tele dan mempersulit," pungkas Kent.
Kemenkes telah menjelaskan beberapa gejala hepatitis yang perlu diwaspadai antara lain gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran.
Sejauh ini, penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan laboratorium diluar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Sementara, gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (Penyakit Kuning) akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah) tapi sebagian besar kasus, tidak ditemukan adanya gejala demam.
Sementara, WHO pertama kali menerima laporan, pada 5 April 2022 dari Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown aetiology), pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah.