Jumat,  26 April 2024

Investasi Digital Mulai Tercoreng dan Perlu Segera Dipulihkan

Tori
Investasi Digital Mulai Tercoreng dan Perlu Segera Dipulihkan
Ilustrasi/pixabay

RN - Ekosistem investasi digital tampaknya sekarang menjadi tercoreng karena beberapa pemberitaan buruk yang terjadi belakangan ini.  Ini tentunya mengancam literasi keuangan digital. Padahal, masih banyak investasi digital yang aman seperti crypto, financial technology (fintech) dan lain-lain.

Peneliti dan praktisi edukasi serta publikasi di bidang financial technology, Gemal A.N. Panggabean yang juga Head of Research and Editor Duniafintech.com mengatakan,  menurunnya citra investasi digital mulai dari kasus penipuan Binomo dan QuoteX. 

Ini dilakukan oleh Indra Kenz, Doni Salmanan dan kawan-kawan. Kemudian, kasus penipuan lain seperti DNA Pro juga mempengaruhi. Berlanjut dengan pemberitaan yang pesimis dan negatif saat harga Bitcoin, Terra Luna dan lain-lain turun secara drastis.

BERITA TERKAIT :
Masa Depan Duit Digital Cerah, Pemain Bitcoin Bisa Tersenyum 
Diprediksi Bakal Tembus Rp 1,8 M, Bitcoin Bikin Mimpi Dan Terlilit Utang  

“Pemberitaan menjadi ranah yang paling penting dalam investasi digital. Saat investasi digital tercoreng seperti ini dan terjadi selama beberapa bulan, orang-orang cenderung mulai beralih ke investasi yang non digital,” ujarnya. 

Padahal, tak semua investasi digital itu buruk. Bahkan sampai saat ini, ada banyak jenis investasi digital yang bisa digunakan secara aman dan menguntungkan. Untuk itu, kepercayaan orang terhadap investasi digital harus kembali direbut karena tidak semua investasi digital itu buruk.

Gemal mengatakan, masih banyak masyarakat Indonesia yang memerlukan tempat untuk memutarkan uang atau asetnya dengan cara yang aman, berizin resmi dan menguntungkan.

Di sisi lain, masih banyak jenis dan platform investasi digital yang aman, tertib aturan pemerintah dan menguntungkan masyarakat Indonesia.

Salah satu investasi digital yang paling menarik adalah aset kripto, seperti Bitcoin bahkan diakui oleh pemerintah sebagai komoditas untuk trading. Saat ini, menurut Gemal, hanya terjadi penurunan biasa tapi ke depan harganya akan naik. 
 
“Sama juga dengan bentuk investasi digital lainnya, seperti crowdfunding, P2P lending, saham, dan asuransi. Kejadian-kejadian saat ini hanya kejadian biasa di mana market sedang mengalami tren penurunan. Ekosistem keuangan digital seperti fintech dan crypto atau blockchain itu cukup kuat. Dan ke depan, ini masih optimis,” katanya.

Gemal mencontohkan bagaimana fintech berizin selaku platform di era pandemi bisa berjaya dan membantu masyarakat dan perekonomian Indonesia. Bahkan, Duniafintech.com juga telah mengapresiasi hal tersebut dengan menggelar Duniafintech Awards secara rutin setiap tahun. 

Hanya saja, kondisi seperti belakangan ini membuat staholders perlu lebih fokus dan masif mengedukasi masyarakat. Edukasi yang dilakukan juga untuk membentuk opini masyarakat tentang investasi digital yang baik dan aman.

Edukasi ini juga perlu dilakukan demi agar masyarakat tidak tertipu lagi dan menjadi tanggung jawab moral bersama. Selain itu juga demi literasi keuangan Indonesia yang harus meningkat.

“Ada banyak value atau nilai yang bisa diberitahukan kepada masyarakat tentang investasi digital. Mereka belum sepenuhnya paham. Ini yang menjadi PR bagi stakeholders, agar mereka tahu tentang investasi digital yang baik itu seperti apa. Banyak produk yang bisa dimanfaatkan, seperti pemberitaan kepada media, media sosial atau dilakukan secara langsung lewat seminar dan webinar,” jelasnya.