RN - Para peneliti di Institut Riset Vaksin Prancis telah menyelesaikan eksperimen untuk mengobati HIV/AID dengan vaksin berbasis sel dendritik.
Sel dendritik adalah Antigen Presenting Cell (APC) terkuat di tubuh manusia yang berperan penting dalam kekebalan tubuh imun.
Di Indonesia, vaksin berbasis sel dendritik dikembangkan dan diteliti mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto dengan nama Vaksin Nusantara.
BERITA TERKAIT :Ampuh, Cuci Otak Ala Terawan Bantu Pasien Leukimia: Sudah Tak Konsumsi Obat Antibiotik
Dalam perkembangannya, Vaksin Nusantara terbukti mampu mengobati berbagai macam penyakit akibat inflamasi pasca COVID-19 seperti Vanessa, remaja 14 tahun yang terkena autoimun, Yeferi Sutanto yang dapat berjalan kembali tanpa bantuan tongkat, dan kasus lainnya.
Menukil laporan rfi.fr, pada Senin (4/7/2022), para peneliti di Prancis telah melakukan uji klinis pengobatan HIV/AIDS dengan basis sel dentritik beberapa minggu lalu.
Proses uji klinis itu disebut berhasil dengan meluncurkan vaksin langsung ke sel seperti roket. Kemudian menghasilkan antibodi yang menempel pada fragmen-fragmen HIV.
“Pertama, kami menargetkan sel-sel yang baik, kemudian kami mengincar potongan-potongan virus, dalam hal ini HIV yang memungkinkannya masuk ke dalam tubuh,” jelas Profesor Yves Levy, direktur proyek penelitian tersebut.
“Selanjutnya kita merangsang sel dendritik, oleh karena itu kekebalan. Akhirnya, karena kami telah menargetkan elemen yang baik dari sel yang baik, kami tidak membutuhkan vaksin dalam jumlah besar,” tambah Levy.
Dalam infeksi HIV, sel dendritik disebut sangat penting karena mempengaruhi penularan virus dan dapat membantu memodulasi respons antivirus.
Uji Klinis Mulai Bulan April
Institut Riset Vaksin Prancis menyebutkan, ada tiga tahap uji klinis sebelum vaksin tersebut dikomersialisasikan.
Tahap pertama dimulai dengan relawan untuk melihat apakah vaksin dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan menghasilkan kekebalan.
Laboratorium Prancis mengajak para relawan pada tanggal 25 Februari 2022 dalam penelitian yang bermitra dengan Lembaga Nasional Prancis untuk riset AIDS (ANRS) serta Lembaga Riset Kesehatan dan Medis Nasional Prancis (Sisipan).
Mereka mencari 72 orang untuk menguji vaksin kandidat. Para peneliti juga sedang mempersiapkan vaksin untuk varian COVID-19 dengan dengan model penelitian yang sama.
Antibodi yang diberi bahan dari varian COVID-19 dari Afrika Selatan dan varian Inggris diluncurkan di sel-sel dendritik untuk merangsang respons imun.
Harapan Memerangi HIV
Upaya terakhir untuk vaksin pencegahan HIV dilakukan sejak tahun 2009. Namun, kata Profesor Levy, khasiatnya hanya 30 persen.
Memproduksi vaksin untuk HIV atau perawatan AIDS diharapkan membantu orang-orang yang menderita virus tersebut.
Dalam laporan itu disebutkan butuh waktu bertahun-tahun bagi seseorang yang tertular HIV sebelum melemahkan sistem kekebalan dan hingga saat ini belum ada obat yang efektif.
Di Prancis, sekitar 170.000 orang terinfeksi HIV. Sekitar 25.000 di antaranya diperkirakan tidak menyadari mereka membawa virus dan terus menyebarkan epidemi. Sekitar 6.200 kasus baru ditemukan per tahun.
Perawatan obat antiretrovirus turut memperlambat perkembangan HIV dan telah menjadi pengubah permainan dalam memerangi HIV/AIDS.
Hal itu disebut membantu memberi orang kualitas hidup bagi mereka yang positif. Namun, antiretroviral tidak menyembuhkan para korban penyakit itu. Para ilmuwan tetap berharap berbagai upaya untuk membantu pengobatan HIV.