RN - Satu dari banyaknya dampak ruang publik yang inklusif adalah masyarakat dapat belajar hidup bersama-sama dan merasakan kenyaman secara sosial dan fisik. Sehingga, melahirkan pengalaman yang meaningful atau bermakna.
Ruang publik yang meaningful ini melahirkan interaksi yang positif. Salah satunya unjuk bakat dan kreativitas warga kota di ruang publik seperti yang saat ini sedang hangat yaitu Citayam Fashion Week di Dukuh Atas, Kawasan Sudirman Jakarta.
Anggota DPD RI Fahira Idris yang juga senator Jakarta Fahira Idris mengatakan, ditransformasikannya Kawasan Sudirman terutama Dukuh Atas sebagai ruang publik oleh Pemprov DKI Jakarta memang tujuannya agar bisa diakses dan dinikmati siapa saja.
BERITA TERKAIT :Weleh, Weleh, PKS Goda Anies Maju Pilkada DKI Lagi
JK Gabung Anies, Bisa Gembosi Gerbong Golkar Di Prabowo
Artinya, kawasan ini bukan lagi sekedar ruas jalan buat kendaraan bermotor saja, tetapi ditransformasi menjadi ruang publik yang disempurnakan dengan trotoar besar dan nyaman, jalur sepeda, fasilitas transportasi umum yang terintegrasi. Harapannya warga bisa berinteraksi dan berekspresi.
“Makanya tidak heran, saat ini kawasan Sudirman terutama Dukuh Atas ramai dipenuhi oleh para remaja yang dikenal dengan istilah anak SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede, dan Depok) dengan aktivitas dan kreativitas utamanya ‘beradu’ outfit layaknya peragaan busana atau yang dikenal dengan istilah ‘Citayam Fashion Week’," tutur Fahira Idris melalui keterangan tertulisnya.
"Menurut saya Pak Anies berhasil membuat ruang-ruang publik yang bermakna selama memimpin Jakarta,” imbuhnya.
Selain meaningful, ia menilai banyak ruang publik di Jakarta yang dibangun dalam beberapa tahun terakhir ini juga berdimensi responsif, demokratis, dan universalitas.
Responsif maksudnya ruang publik didesain dan diatur untuk melayani kebutuhan pengguna atau dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan warga atau accessible for all. Berdimensi demokratis artinya ruang publik bisa dimanfaatkan oleh siapa saja yang mengunjunginya tanpa perbedaan sosial, ekonomi dan juga perbedaan budaya. Sedangkan universalitas mengharuskan ruang publik mempertimbangkan berbagai kelas dan status kebutuhan masyarakat, ramah disabilitas, lansia, perempuan dan anak.
“Namun, dari fenomena ramainya pemanfaatan ruang publik, terdapat satu hal yang mesti dijaga atau menjadi komitmen terutama bagi penggunannya yaitu walaupun ruang publik ini bisa diakses semua, ada norma atau aturan yang wajib ditaati agar tidak merugikan kepentingan umum di dalamnya," pesan dia.
Dari hal sederhana yaitu memastikan ruang publik bersih dengan tidak membuang sampah sembarangan atau tidak menggunakan ruang publik yang tidak sesuai peruntukannya misalnya dijadikan tempat tiduran.
"Bahkan, pengguna ruang publik bukan hanya harus menaati tetapi bersama menjaga agar ruang publik selamanya menjadi ruang yang tetap aman dan nyaman,” pungkas senator Jakarta ini.