RN – Capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengawali kampanye-nya di Provinsi Bengkulu dengan berkunjung ke Pasar Minggu Bengkulu, Teluk Sagara, Rabu (6/12).
Kedatangan Anies pun disambut amat meriah para pembeli dan pedagang pasar, mereka langsung mengeluhkan beberapa persoalan terkait mahalnya kebutuhan pokok, mulai dari telur, cabai, beras dan lain sebagainya
“Jadi kita ke Pasar Minggu Bengkulu, kami sampaikan apa yang menjadi keluhan, keluhannya adalah daya beli masyarakat yang rendah, kemudian harga-harga (bahan pokok) yang meningkat, terutama hari hari ini adalah cabai merah keriting, juga permasalahan untuk mengembangkan usaha dan akses pada permodalan,” jelas Anies
BERITA TERKAIT :DPR Akui Pileg 2024 Transaksional, Mendagri: Sistem Kepemiluan Harus Didesain Ulang
Target 10 Kursi PPP Jakarta Ambyar, Gerbong Syaiful Rachmat Harus Dibongkar?
Maka dari itu, Anies secara resmi mencanangkan Pasar AMIN sebagai salah satu solusi untuk pasar tradisional di Indonesia, salah satunya di Pasar Minggu Bengkulu. Pasar AMIN ini merupakan akronim dari:
A-Alhamdulillah Laris
M-Modalnya Gampang
I-Irit Biayanya
N-Nyaman Tokonya
“Karena itu kami canangkan Pasar AMIN ini. Jadi, kami menyiapkan program untuk pasar, pasar itu para pedagangnya punya akses pada kredit lebih mudah. Akses kredit itu sekarang memang mudah bagi usaha besar, tapi usaha kecil, mikro, selalu kesulitan,maka kita ingin melakukan perubahan di situ,” ungkapnya
“Kedua adalah terkait dengan pengelolaan pasar. Pasar-pasar kita ada pasar pasar tradisional yang harus dijaga. Jangan sampai pasar tradisional itu hilang, karena itu adalah ciri dari masyarakat kita, menjadi pasar yang bersih yang nyaman,” tambahnya
Kemudian, Anies juga berjanji akan melakukan reformasi besar-besaran pada tata niaga yang selama ini ada, agar rantai distribusi yang menjadi sebab harga bahan pokok mahal bisa dipotong.
“Lalu harga-harga yang kita temukan mahal, harga itu harus bisa diturunkan. Dari petaninya dengan harga jual di pasar selisihnya jauh, kenapa selisihnya jauh? Karena di situ ada berbagai macam mata rantai yang tidak efisien, tengkulaknya banyak, mata rantainya panjang ini harus dipotong dengan begitu harga di pasar lebih murah, dan harga di petani menjadi lebih tinggi,” tuturnya.