Jumat,  22 November 2024

Pemprov DKI Galakkan Deteksi Dini Diabetes

RN/CR
Pemprov DKI Galakkan Deteksi Dini Diabetes
Ilustrasi - Net

RADAR NONSTOP - Tingginnya potensi penderita diabetes di Ibukota semakin mengkhawatirkan. Bahkan Jakarta sudah mendapat predikat kota tertinggi penderita diabetes seluruh Indonesia.

Miris dengan kondisi ini, Pemprov DKI Jakarta akan menggalakan program deteksi dini  diabetes, kemudian dilanjutkan dengan pengobatan yang telah disediakan oleh Puskesmas.

Begitu dikatakan oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat Pemprov DKI Jakarta Catur Laswanto mengakui, saat ini kesadaran penduduk Jakarta untuk datang ke Posbindu masih rendah.

BERITA TERKAIT :
28 Juta Orang Terancam Kena Diabetes, Anak-Anak Sudah Terjangkit Kencing Manis
Saran 'Tobat' Mengonsumsi yang Manis-manis

Disisi lain, gaya hidup yang tidak sehat seperti banyak mengonsumsi makanan berlemak dan kurang gerak. Membuat banyak orang Jakarta yang gemuk yang berisiko terkena diabates.

Saat ini ada 500 Posbindu di Puskesmas 44 Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan di seluruh DKI Jakarta.

"Terbukti 60 persen penderita diabates di Jakarta yang terdapat di Dinkes memiliki obesitas sentral," katanya kepada wartawan di acara Cities Changing belum lama ini.

Salah satu mencegah obesitas, Pemprov DKI tengah gencar menghidupkan budaya olahraga. Misalnya melalui banyak perlombaan di tingkat kelurahan dan kecamatan. "Tidak sekedar mengejar prestasi namun agar masyarakat mau bergerak," ujar Catur.

Selain itu, untuk menjaring lebih banyak penderita diabetes yang belum terdiagnosis, Pemprov DKI membuat program Dasa Wisma.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Pemprov DKI Dr Widyastuti menjelaskan satu petugas kesehatan bertanggungjawab pada 10 rumah tangga. Setiap ada warga yang prediabetes atau memiliki diabates dapat terpantau.

Menurut Dicky, tingginya angka diabetes di Jakarta, selain karena memang pola hidup tidak sehat, juga karena deteksi dini diabetes di Puskesmas di Jakarta lebih baik daripada kota lainnya.

Lebih cepat ketahuan dan terdata akan lebih baik.

Sementara daerah lain dengan program deteksi dininya yang belum baik, penderita diabetes tidak muncul.

Walaupun di Jakarta sekalipun baru 30 persen pasien diabetes yang terkontrol.

"Penyebabnya bisa dari faktor dokter atau masyarakat yang malas kontrol rutin," ujar dokter Dicky.

Ia mengakui, tantangan terbesar dalam penanggulangan diabetes adalah mengubah gaya hidup meskipun pasien sudah minum obat teratur.

Jakarta diharapkan menjadi percontohan untuk daerah lain di Indonesia dalam penanggulangan diabetes.

Saat ini Indonesia menempati posisi ke 6 dunia negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi.

Jika tidak dilakukan intervensi dari sekarang, dalam waktu 20-30 tahun kedepan, penderita diabetes semakin banyak dan mengalami komplikasi.

Risikonya penduduk akan didominasi penduduk yang sakit sehingga tidak produktif.