RN - Ketua Dewan Pertimbangan DPW NasDem DKI Jakarta, Ongen Sangaji turut memberikan penjelasan terkait pernyataan Ketua Umum Surya Paloh (SP), lebih baik tak usah pemilu jika berujung perpecahan.
“Jadi mendengar itu harus menyeluruh, jangan sepotong-sepotong agar tidak gagal paham. Pak Surya Paloh itu pidato mendapat gelar doktor. Kalau diikuti dari awal sampai akhir, pernyataan beliau itu sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi bangsa saat ini,” jelas Ongen yang juga mantan anggota DPRD DKI Jakarta ini.
Ongen menegaskan, Ketua Umum Surya Paloh (SP) sangat menghormati proses demokrasi. Terbukti saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dalam penyampaim calon presiden (capres) mendengarkan aspirasi pengurus wilayah.
BERITA TERKAIT :Bung Berewok, Prabowo: Panggil Saya Fu Manchu
Wow, Gaya Bung Berewok Carmuk Ke Prabowo?
“Ini bukan pemilu dibatalkan. Oleh karena itu, jika ingin komentar pidato beliau (red-SP), komentari dari awal sampai akhir, jangan sampai gagal dengar. Yang menjadi keprihatinan beliau kondisi bangsa ini. Harus diikuti dari awal sampai akhir. Jangan asal komentar kalau tidak paham, sebab akan merusak substansi yang disampaikan Pak Ketum,” cetus Ongen.
Ongen juga mengatakan kondisi bangsa saat ini terjadi perpecahan di bawah. “Ini yang Ketua Umum prihatin dan keprihatinan beliau itu yang disampaikan. Ikuti pidato secara utuh. Jangan dimaknai salah. Apa yang mereka komentari salah dengan yang Ketua Umum Surya Paloh sampaikan,” tegasnya.
“Jadi, siapapun yang dengar harus dari awal sampai akhir, biar ga salah komentar karena gagal dengar bisa gagal paham,” pungkas Ongen.
Karena itu, dia meminta, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto kembali mendengarkan secara utuh pidato Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh agar tidak terjadi gagal dengar yang bisa menimbulkan gagal paham. “Akibat gagal dengar Hasto jadi tidak objektif. Ini bisa menimbulkan kegaduhan di masyarakat,” tandas dia.
Sebelumnya, Sekjen PDIP mengingatkan, kedewasaan masyarakat Indonesia tak perlu diragukan.