Rabu,  25 December 2024

Jokowi Tak Mau Citra Polri Babak-Belur, Semoga Kasus Irjen Sambo Tak Sasar Kapolri?

RN/NS
Jokowi Tak Mau Citra Polri Babak-Belur, Semoga Kasus Irjen Sambo Tak Sasar Kapolri?
Aksi nyalakan lilin di TIM, Jakpus.

RN - Hebohnya kasus polisi tembak polisi yang menewaskan Brigadir J menyasar ke mana-mana. Jika tidak cepat dituntaskan maka bisa menjadi isu liar.

Bukan hal mustahil jika kasus yang melibatkan Irjen Pol Ferdy Sambo itu bisa menggoyang Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan Presiden Jokowi berharap agar kasus kematian Brigadir J bisa segera terungkap. Pramono mengatakan, Presiden tidak ingin kasus ini merusak citra kepolisian di mata masyarakat.

BERITA TERKAIT :
45 Penonton DWP 2024 Diperas Polisi Viral, Kapolri Gak Kasih Ampun Pelaku 
Motor Dalam Gang Jadi Incaran Maling, Metik Di Jakbar Buang Ke Pasar Minggu 

“Itu kan arahan Presiden sehingga tentunya Presiden mengharapkan ini bisa terselesaikan supaya citra polisi tidak babak belur seperti saat ini,” ujar Pramono di Kompleks Istana Presiden, Senin (8/8/2022).  

Ia mengatakan, Presiden sudah berkali-kali meminta agar pengungkapan kasus ini dilakukan secara sangat terbuka dan tak ditutup-tutupi. “Presiden sudah tiga kali menyampaikan dan penyampaiannya sudah sangat terbuka. Jangan ada yang ditutup-tutupi, buka apa adanya,” kata dia.

Hal senada juga disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Moeldoko mengatakan, Presiden menginstruksikan agar kasus ini dapat dituntaskan secara transparan.

“Intinya suaranya tidak berubah, bahwa perintah Presiden terhadap kasus ini supaya dituntaskan secara transparan, terbuka. Agar tidak terjadi apa itu menjadi isu-isu yang ke sana ke mari. Jadi sudah jelas perintah Presiden,” ujar Moeldoko.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut, sopir istri Ferdy Sambo jadi satu tersangka baru dalam kasus tewasnya Brigadir J.

"Tiga (tersangka), Bharada E, ajudan Bu Putri, dan sopir Bu Putri (R dan K)," katanya saat dihubungi, Senin (8/8/2022).

Menurutnya, jumlah tersangka bisa kembali bertambah. "Kan sudah tersangka, kan sudah 3. Tiga itu bisa berkembang. Dan pasalnya itu, 338, 340 ya yang baru ya, pembunuhan berencana, nah itu nanti akan menjangkau ke yang lebih jelas lagi perannya," kata Mahfud kepada wartawan di Kompleks Istana, Jakarta, Senin (8/8/2022).

Mahfud pun mengapresiasi kecepatan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam menuntaskan kasus pembunuhan tersebut meski di tengah lingkungan dengan code silent.

"Lalu sekarang sudah tersangka, kemudian pejabat-pejabat tingginya sudah bedol deso. Saya kira yang dilakukan oleh Kapolri itu, tahapan-tahapannya dan kecepatannya itu cukup lumayan, tidak jelek banget," katanya.

Tiga Ribu Lilin

Masyarakat yang tergabung dalam civil society Indonesia (CSI) menyalakan 3.000 lilin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (8/8) malam. Kegiatan ini sebagai bentuk menuntut keadilan dalam kasus kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Mereka yang hadir terlihat memegang poster bertuliskan 'Justice For Joshua'.

"Kita berkumpul untuk kebajikan, untuk mengawal agar tidak ada lagi satupun putra Indonesia yang mati sia-sia, tidak ada lagi orang batak yang mati dibunuh dan tidak dipertanggungjawabkan," kata penanggung jawab CSI, Irma Hutabarat di lokasi, Senin (8/8/2022).

Irma mengatakan, sejumlah lapisan masyarakat dari berbagai kalangan turut andil dalam aksi hari ini. Dia menuturkan, pihaknya akan terus menggelar kegiatan serupa sampai kebenaran dalam kasus tersebut terungkap.

Irma juga menyoroti petugas kepolisan dalam menangani kasus kematian Brigadir J. Dia menyebut instansi Polri dan instansi lainnya yang terlibat belum transparan dalam mengungkap kasus.

"Gini, transparan menurut kita semua sama transparan menurut Timsus atau polisi sama nggak? kalau dibilang bahwa kami sekarang sedang menangkap empat orang pelanggar etik, pelanggaran etik ini apa? Kita punya hak untuk tahu," kata Irma.

Dia juga menyebut kasus ini menjadi momentum untuk bersih-bersih instansi kepolisian Republik Indonesia karena terdapat beberapa orang yang terlibat dalam merekayasa kasus.

"Kalau polisi jahat yang tangkap Propam, kalau Propamnya jahat yang tangkap siapa? Kita percaya akan keadilan, kita mencintai Polri. Kalau dijelaskan ini adalah momentum yang terbaik untuk beres-beres Polri. Kalau ada telur yang busuk itu musti dibuang, kalau nggak telurnya nggak ada guna rusak semua sekeranjang itu. Yang penting begini, TKP misalkan berarti boleh dong merusak TKP menghilangkan bukti, sekali ini saja ketahuan, berarti polisi biasa dong. Yang bukti ada dihilangkan yang nggak ada di adain, sekarang ini terbuka," jelasnya.

Lebih lanjut, Irma mengatakan kasus yang menimpa Brigadir J menjadi luka bagi seluruh rakyat Indonesia

"Kita berada di sini bukan hanya Hutabarat bukan hanya Batak saja. Ketika satu nyawa melayang, ketika orang membunuh satu orang, dia membunuh satu semesta. Ketika kita menyelamatkan satu nyawa, kita menyelamatkan satu semesta. Peristiwa ini bukan hanya matinya Yoshua, ini luka bagi Hutabarat, luka bagi orang Batak, luka bagi orang Indonesia," pungkasnya