Jumat,  22 November 2024

‘Amplop Kiai’ Dinilai Nistakan Ulama, FKPP Geruduk DPP PPP Desak Suharso Mundur

RN/CR
‘Amplop Kiai’ Dinilai Nistakan Ulama, FKPP Geruduk DPP PPP Desak Suharso Mundur
-Ist

RN - Pernyataan Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa soal ‘Amplop Kiai’ berbuntut panjang. Hari ini, Jum’at (19/8) Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) PPP kembali menyambangi kantor DPP PPP menuntutvSuharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP.

Suharso dianggap sudah tidak layak lagi memimpin partai Islam karena perilakunya justru menistakan para ulama dan kyai yang menjadi panutan bagi umat Islam.

Begitu ditegaskan oleh Muchbari, korlap FKPP yang merupakan alumni Pesantren Tebuireng Jombang. “Kami sangat mengecam ucapan Suharso Monoarfa yang sangat menyakiti perasaan kami sebagai santri karena telah merendahkan marwah kyai-kyai pesantren. Sebagai santri adalah wajib hukumnya untuk membela kehormatan para kyai kami” ucap Muchbari dalam wawancara dengan awak media di depan kantor DPP PPP.

BERITA TERKAIT :
PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
PPP DKI Si Parpol Gurem Banyak Masalah, Kader: Bengkel Motor Dan Managemen Warteg 

Muchbari menegaskan, selama memimpin PPP makin banyak ulah Suharso yang sudah tidak bisa ditolerir. “AD ART partai dilanggar, indikasi korupsi gratifikasi, pelanggaran etika dan asusila, menghilangkan identitas PPP sebagai partai Islam, dan terakhir menistakan para kyai pesantren dengan istilah “kyai amplop”. Sudah tidak ada lagi alasan untuk tetap mempertahankan Suharso sebagai ketua umum PPP” tegas Muchbari.


Senada dengan Muchbari, ketua FKPP PPP, H. Syaiful Dasuki yang juga Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, organisasi sayap terbesar NU, menambahkan para kyai dan santri di seluruh Indonesia marah besar terhadap ucapan Suharso Monoarfa yang telah melecehkan para kyai pesantren. 

“Ini pasti berdampak pada citra PPP di mata umat Islam terutama di kalangan Nahdliyin. Kami khawatir bila 2019 lalu PPP dihukum oleh kalangan Islam populis, di 2024 PPP malah dihukum oleh kelompok Islam tradisional dan pesantren” cetus Syaiful. 

Syaiful sangat menyesalkan, karena sampai hari ini, Suharso Monoarfa secara pribadi tidak pernah meminta maaf kepada para kyai secara terbuka tetapi hanya diwakili oleh pengurus DPP PPP.

“Arogansi Suharso tak kunjung reda walau sudah nyata-nyata menyakiti perasaan para ulama dan kyai yang turut mendirikan dan membesarkan PPP. Daripada PPP yang semakin hancur, lebih baik Suharso yang mundur sebagai ketua umum PPP” pinta Syaiful.

Sementara itu tampak Ratusan massa aksi yang tergabung dalam Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) PPP menggelar aksi unjuk rasa yang disertai dengan membawa spanduk bertuliskan ” FORUM SANTRI MENGGUGAT: MENGUTUK KERAS UCAPAN SUHARSO MONOARFA DI KPK, sedekah kepada Kyai pesantren dianggap sebagai bentuk Korupsi ”

Informasi yang di himpun media ini melalui pers rilisnya, dalam aksi aksi tersebut FKPP PPP juga menilai ucapan Ketua Umum DPP PPP telah menghina Ulama sehingga Meminta kepada Presiden RI, H. Joko Widodo untuk memecat Suharso Monoarfa sebagai Menteri Bappenas.

Bahkan massa aksi menyebut Suharso Monoarfa diduga melakukan korupsi gratifikasi pesawat jet yang menurut massa aksi kasus tersebut telah dilaporkan ke KPK.

Selain itu juga FKPP PPP berencana akan melaporkan Suharso Monoarfa ke aparat penegak hukum karena telah menghina, melecehkan dan menistakan para ulama dan kyai yang sangat dihormati oleh umat Islam.

Massa Aksi juga meminta KPK segera mengusut tuntas kasus gratifikasi pesawat jet Suharso Monoarfa.

Berikut tuntutan massa aksi Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) yang di himpun media ini, Jumat (19/8/2022).


TUNTUTAN AKSI BELA ULAMA FKPP PPP

Bahwa pada hari Senin, 15 Agustus 2022, Ketua Umum PPP, Suharso Monorfa dalam sambutan Acara Pembekalan di Gedung KPK Jakarta telah menghina dan melecehkan para ulama dan kyai pesantren dengan menuding para ulama dan kyai pesantren telah berlaku korupsi dengan mengharapkan bantuan dan sedekah dari ketua umum partai untuk pondok pesantren. Naudzubillah..

Hal ini jelas menodai dan menistakan para ulama yang dalam sejarahnya ikut mendirikan dan berjuang di Partai Persatuan Pembangunan sebagai partai Islam. Suharso telah lupa diri, bahwa dirinyalah yang hari ini diduga melakukan korupsi gratifikasi pesawat jet dan telah dilaporkan ke KPK. Perilaku tidak terpuji Suharso sudah tidak bisa ditolerir. Oleh karena itu, Front Kader Penyelamat Partai (FKPP) PPP menuntut:
Mengecam keras pernyataan Suharso Monoarfa yang tidak mencerminkan akhlak dan adab kepada para ulama dan kyai pesantren yang berjasa besar membangun dan memperjuangkan PPP selama ini;
Meminta Suharso Monoarfa mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP karena tidak pantas menjadi ketua umum Partai Islam;

FKPP PPP akan melaporkan Suharso Monoarfa ke aparat penegak hukum karena telah menghina, melecehkan dan menistakan para ulama dan kyai yang sangat dihormati oleh umat Islam;
Meminta KPK segera mengusut tuntas kasus gratifikasi pesawat jet Suharso Monoarfa.

Meminta kepada Presiden RI, Bapak H. Joko Widodo untuk memecat Suharso Monoarfa sebagai Menteri Bappenas karena sudah cacat moral, akhlak dan etika serta terindikasi terlibat korupsi gratifikasi. SUHARSO MUNDUR ATAU PPP MAKIN HANCUR !!!

Jakarta, 19 Agustus 2022
FRONT KADER PENYELAMAT PARTAI (FKPP) PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN.

Sebelumnya, pada kegiatan pembekalan antikorupsi KPK kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa mendapatkan kesempatan untuk memberikan sambutan.

Awalnya, Suharso menceritakan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pondok pesantren besar untuk meminta doa dari beberapa kiai, yang menurutnya juga kiai besar.

“Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian, saya dapat pesan di WhatsApp, ‘Pak Plt, tadi ninggalin apa gak untuk kiai?'” ungkap Suharso.

Suharso yang merasa tidak meninggalkan sesuatu di sana sempat menduga ada barang cucunya yang tertinggal di pesantren tersebut. Kata orang yang mengirim pesan ke dirinya menyebutkan bukan barang yang tertinggal.

Namun, setelah dijelaskan harus ada pemberian untuk kiai dan pesantren, kata Suharso, dia sempat menyebutkan tidak membawa sarung, peci, Alquran atau lainnya.

“Kayak gak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I’ve provited one, every week. Dan setiap ketemu ‘Pak, ndak bisa Pak’. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya itu, gak ada amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar,” katanya.