Selasa,  21 May 2024

Tolak Poligami dan Perda Syariah, Pengamat: PSI Melihat Itu Merugikan

DEDI
Tolak Poligami dan Perda Syariah, Pengamat: PSI Melihat Itu Merugikan
Grace Natalie -Net

RADAR NONSTOP - PSI (Partai Solidaritas Indonesia) menolak poligami dan Perda Syariah dikarenakan partai baru ini melihat ajaran agama Islam tersebut merugikan masyarakat.

Pengamat Politik Adi Suprayitno berpendapat, PSI sedang melakukan narasi besar tentang ideologi politik yang mereka perjuangkan ke depan. 

Menurut Adi, ideologi politik yang akan diperjuangkan itu adalah sebagai penegas dan pembeda dari partai-partai lain.

BERITA TERKAIT :
Lagi Kena COVID-19 Diminta Duit 450 Juta Oleh SYL, Eks Ajduan (Panji) Yang Kumpulkan Dana
Sekjen DPR (Indra) Bolak-Balik Diperiksa KPK, Dugaan Cawe-Cawe Vandor Di Parlemen?

“Artinya, PSI berani mengambil suatu sikap politik yang relatif agak sedikit berbeda (anti mainstream) dari partai-partai lain, yang cenderung agak sedikit cari aman dengan isu-isu tertentu," tegas Adi saat dihubungi wartawan, Senin (17/12/2018).

"PSI memposisikan dirinya sebagai partai politik yang ingin memperjuangkan isu-isu tentang pluralisme, isu-isu tentang toleransi, memperjuangkan hak-hak minoritas, hak-hak perempuan dan seterusnya. Itu positioningnya," sambungnya.

Adapun, bagi aktivis perempuan menentang poligami itu cukup seksi. Karena selama ini perempuan selalu dianggap sebagai makhluk yang konsumtif, selalu dijadikan sebagai objek.

Adi mengatakan, ini sebenarnya suatu diferensiasi politik yang sebagai bagian dari trademark PSI sebagai partai baru.

"Mengapa isu Perda Syariah dan poligami? Ini adalah isu yang menurut PSI adalah memang selama ini cukup tidak adil di masyarakat," paparnya.

Lebih lanjut kata Adi, PSI juga ingin dianggap sebagai partai yang memiliki jenis kelamin berbeda dengan partai-partai politik yang lainnya. Dan menurut Adi, ini menjadi perjudian besar untuk PSI karena isu yang diangkat partai tersebut cukup seksi dan sensitif.

"Ya anti mainstream. Dia ingin menalkan kebaruan dalam berpolitik,” pungkasnya.