Kamis,  31 October 2024

Menu Stunting Depok Cuma Kuah Sop & Tahu Rebus, Eks Menteri Susi Nangis

RN/NS
Menu Stunting Depok Cuma Kuah Sop & Tahu Rebus, Eks Menteri Susi Nangis
Menu stunting Depok viral.

RN - Jangan kaget kalau bocah di Depok, Jawa Barat pendek dan bogel. Sebab, menu stunting dinilai kurang bergizi. 

Menu stunting atau anak kurang gizi tidak masuk akal. Apalagi anggaran menu stunting Rp 4,4 miliar. 

Alhasil banyak bayi dan balita Depok pendek dan bogel-bogel. Diketahui, jumlah stunting di Depok sekitar 3.693 balita, atau 3,42 persen. 

BERITA TERKAIT :
Wali Kota Depok Bikin Ulah, PKS Kenapa Galak Ke Janda?
Imam-Ririn Janji Bangun LRT, Warga Depok: Lima Tahun Jabat Ngapain Bae  

Data tersebut berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita pada Februari 2022 yang dihimpun oleh aplikasi Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat (EPPGBBM).

Lalu, berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) Tahun 2021, Kota Depok memiliki angka stunting terendah di Jawa Barat (Jabar) yakni 12,3 persen. Angka ini mengalami penurunan 3,79 persen dibandingkan tahun 2019 sebesar 16,09 persen.

Angka stunting berdasarkan kecamatan terbanyak di Bojongsari dengan 5,73 persen, Sawangan 5,59 persen dan Tapos 4,45 persen. Sementara eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ikut menanggapi geger menu pencegah stunting yang didistribusikan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok.

Sebagai informasi, menu yang dibagikan lewat program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tersebut dianggap tidak memenuhi kebutuhan gizi untuk mencegah bayi stunting sebagaimana dinarasikan.

Pasalnya, dengan anggaran total mencapai Rp4,4 miliar, atau kurang lebih sebesar Rp18 ribu per paket, tiap jiwa hanya mendapatkan menu berupa nasi serta kuah sop berisi sawi dan tahu putih rebus.

Dilihat di akun Instagram @depok24jam, menu-menu lain yang dibagikan juga dianggap tidak sepadan dengan besarnya anggaran yang digelontorkan hingga anak-anak yang malah tidak lahap mengonsumsinya.

“Menu-menu stunting: dari hari ke-1 diberi bubur, hari ke-2 bola-bola singkong dan kentang, hari ke-3 makaroni telur puyuh, hari ke-4 nugget tempe, hari ke-5 sayur sawi dengan tahu putih, dan hari ke-6 bola nasi wortel. Namun, selama enam hari tersebut, anak saya tidak mau makan makanan yang disiapkan oleh kader. Apakah menu ini sesuai untuk mencegah anak stunting?” begitulah pengakuan seorang warga yang berdomisili di Cipayung, dikutip pada Kamis (16/11/2023).

Kehebohan inilah yang kemudian turut disoroti oleh Susi. Dilihat di akun X-nya, mantan menteri yang terkenal akan jargon “Tenggelamkan!” tersebut turut menandai Presiden Joko Widodo karena menduga ada praktik korupsi dalam pembagian menu pencegah stunting tersebut.

“Menelan anggaran Rp4,4 miliar, menu pencegah stunting di Kota Depok disoroti lantaran hanya berupa nasi, kuah sup, sawi, dan tahu,” begitulah judul dari salah satu artikel media online yang ditanggapi oleh Susi.

“Harus nangis dan tertawa…” sentil Susi sambil menambahkan banyak emoji wajah menangis tersedu-sedu dan wajah tertawa sampai menangis secara bergantian.

“Sedih dan sedih … apapun untuk kebaikan-anak bangsa selalu ada penyunatan,” keluh Susi. “Korupsi sudah dititik menghancurkan kualitas SDM kita untuk masa yang akan datang @jokowi.”

Kali ini Susi mengakhiri cuitannya dengan banyak emoji menangis, apalagi karena masalah stunting tidak bisa dipandang sebelah mata.

Warganet pun mengamini keresahan Susi tersebut, mulai dengan membandingkan program serupa di daerah lain sampai menerka lari ke mana uang tersebut.

“Anggaran Stunting lebih besar Dinas Luar, Sosialisasi, Makan Minum Rapat, Biaya Cetak Modul, Honorarium Tim, Biaya ATK,” komentar warganet.

“Kebijakan yang bagus… tidak berimbang dengan pelaksanaan di lapangannya… miris sangat…” kritik warganet.

“Buset dah, gw di surabaya program gini dikasih telur 1 pack isi 10 butir dan ayam potong utuh,” timpal yang lainnya.