RN - Suara PDIP di Jakarta rawan. Padahal, ibu kota sudah dua kali pemilu selalu dimenangi oleh partai banteng.
di 2019, PDIP berhasil meraih suara sekitar 1,6 juta dengan 25 kursi DPRD DKI Jakarta. Pada 2014, PDIP mendapatkan 27 kursi DPRD DKI.
Rilis Lembaga survei Indikator Politik Indonesia pada Sabtu (9/12/2023), PDIP masih mendominasi suara di Jawa dan Bali.
BERITA TERKAIT :PPP DKI Aja Ambruk, RIDO Bisa Kena Prank Sandiaga Uno?
Pengamat: Orang Lama Jangan Ikut Seleksi, DPRD Harus Audit Anggaran KPID Jakarta
Adapun pertanyaan yang digunakan Indikator ialah "Berikut adalah nama-nama partai dan nama-nama calon anggota DPR RI dari DAPIL (Daerah Pemilihan) sini. Jika pemilihan diadakan sekarang, coba Ibu/Bapak coblos dengan jelas yang akan Ibu/Bapak pilih. Ibu/Bapak boleh pergi sebentar, atau saya tinggal sebentar, ketika Ibu/Bapak mencoblos salah satu dari kartu suara ini. Kalau sudah mencoblos, tolong masukan lagi ke amplop ini ATAU ditutup/dilipat kembali surat suaranya".
"Dalam simulasi surat suara, PDIP atau calon dari PDIP paling banyak dipilih, 23,5 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya secara daring pada Sabtu (9/12/2023).
Survei Indikator turut memetakan titik-titik keunggulan PDIP. PDIP disebut masih punya pemilih loyal dari kelompok Jawa, Bali dan Batak.
RADAR NONSTOP EDISI CETAK. JAGONYA BERITA JAKARTA.
"PDIP unggul di sebagian besar basis demografi warga, terutama kelompok etnis Jawa, Batak, non muslim, pendidikan rendah, kalangan buruh, wilayah Jateng-DIY, Bali-Nusa dan Kalimantan," ujar Burhanuddin.
Indikator mengemukakan alasan masih kuatnya PDIP di mata responden. Hal ini didukung sosialisasi PDIP kepada para pemilih.
"PDIP paling banyak terekspos di sebagian besar saluran sosialisasi. Jika pemilih
terekspose sosialisasi partai, maka dukungan partai cenderung lebih besar.
Temuan Indikator berikutnya partai Gerindra, Golkar dan Demokrat cenderung menguat elektabilitasnya meski belum bisa mengalahkan PDIP. Sedangkan partai lain cenderung stagnan.
"Gerindra 16,9 persen, Golkar 10,8 persen, PKB 7,8 persen, Nasdem 6,3 persen, Demokrat 6 persen, PKS 5,5 persen, PAN 4,4 persen, PPP 2,6 persen, PSI 1,6 persen dan Perindo 1,2 persen. Partai lain lebih rendah dan sekitar 11,6 persen belum memilih partai," ucap Burhanuddin.
Diketahui, Indikator menggelar simulasi pencoblosan dalam rentang 23 November 2023 hingga 1 Desember 2023. Simulasi tersebut menggunakan metode simple random sampling. Adapun toleransi kesalahan atau margin of error (MoE) sekitar 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Tercatat, total sampel yang dihimpun sebanyak 5.380 responden. Mereka tersebar di 15 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Papua.