RN - Pemerintah dinilai tidak optimal dalam mengendalikan harga seiring adanya rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET)beras premium dan medium. Terlebih harga gabah di petani masih anjlok.
Begitu dikatakan pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (Core) Eliza Mardian menyampaikan, pemicu naiknya harga beras pada akhir 2023 dan 2024 lebih pada faktor meningkatnya permintaan selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023, Pemilu, dan Lebaran 2024. Kenaikan harga kian diperparah lantaran tata kelola yang semrawut dan belum dibenahi.
“Sebetulnya kalau dari sisi supply itu stoknya aman. Kenaikan HET ini malah justru menandakan bahwa pemerintah tidak optimal mengendalikan harga,” kata Eliza seperti dilansir bisnis, Rabu (22/5/2024).
BERITA TERKAIT :Mauricio Pochettino Garap Timnas Paman Sam
Wahyu Suparyono Dirut Bulog, Semoga Erick Thohir Bukan Pilih Orang Yang 'Kaleng-Kaleng'
Menurutnya, dampak dari kenaikan HET beras hanya dirasakan pedagang besar, bukan petani. Saat ini, kata dia, harga beras masih relatif tinggi, tapi harga gabah di level petani anjlok dari rata-rata Rp7.000 per kilogram gabah kering panen (GKP) menjadi Rp5.000 per kilogram - Rp5.500 per kilogram.
Kenaikan HET juga dinilai sangat berbahaya jika pemerintah tidak mengerek harga pembelian gabah. Sebab jika hal tersebut tidak dilakukan, daya beli petani akan tergerus mengingat sebagian besar petani, terutama penggarap, hasil taninya tidak disimpan, tetapi sebagian besar dijual untuk modal menanam selanjutnya.
“Jadi ketika HET terus naik sementara harga gabah tidak juga dinaikkan, ini membuat petani terbebani saat mereka membeli beras tambahan dengan harga beras yang tinggi,” ujarnya.
Oleh karena itu dia melihat urgensi menaikkan harga pembelian gabah lebih penting dibanding mengerek HET. Dengan begitu, Perum Bulog dapat optimal menyerap gabah dalam negeri dan melakukan operasi pasar ketika harga melambung.
Pemerintah sebelumnya telah melakukan relaksasi HET untuk beras premium dan medium. Untuk beras premium, HET ditetapkan dari sebelumnya Rp13.900 per kilogram - Rp14.800 per kilogram menjadi Rp14.900 per kilogram - Rp15.800 per kilogram menurut wilayah.
Sementara, beras SPHP ditetapkan menjadi Rp12.500 per kilogram - Rp13.500 per kilogram, dari sebelumnya Rp10.900 per kilogram - Rp11.800 per kilogram.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi sebelumnya menyebut, ada potensi relaksasi HET beras akan permanen. Bapanas saat ini tengah menyiapkan Peraturan Badan (Perbadan) untuk penyesuaian HET terbaru.
Arief menargetkan penyesuaian HET terbaru akan dilaksanakan secepatnya. Namun, dia tidak menjabarkan lebih jauh kapan HET beras akan naik dan berapa besar kenaikannya.
“Iya kita akan siapkan [Perbadan],” kata Arief usai menghadiri Bisnis Indonesia Forum 2024, Selasa (30/4/2024).