RN - Aksi biadab Israel terus terjadi. 71 warga Palestina dinyatakan tewas dan meninggal syahid dalam pembantaian brutal terbaru pasukan penjajahan Israel (IDF) di wilayah Al-Mawasi di selatan Jalur Gaza.
Selain korban tewas, lebih dari 300 orang terluka, banyak di antaranya berada dalam kondisi kritis, menurut sumber medis setempat.
Al-Mawasi telah ditetapkan sebagai zona kemanusiaan yang aman oleh tentara Israel. IDF berulang kali mendesak warga Palestina di seluruh Jalur Gaza untuk pindah ke wilayah tersebut. Mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut adalah tempat yang aman sejak serangan dimulai Oktober 2023.
BERITA TERKAIT :Israel Bom Rusun Di Gaza, Ratusan Mayat Bergelimpangan
Setelah Bela Gaza Palestina, Kini Mia Khalifa Tobat Dari Bintang Film Seks
Namun sekitar pukul 10.30 pagi, Sabtu (13/7/2024), pesawat tempur Israel melancarkan sejumlah serangan udara besar-besaran yang menargetkan daerah yang sudah dipadati pengungsi tersebut.
Kantor berita WAFA melansir, serangan tersebut mengakibatkan terbunuhnya puluhan warga sipil yang kemudian diangkut ke Kompleks Medis Nasser, dan lebih dari 100 lainnya terluka, beberapa di antaranya kritis.
Laporan menunjukkan bahwa militer Israel melakukan pembantaian besar-besaran dengan menembaki kamp pengungsi di wilayah tersebut, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa, termasuk anggota pertahanan sipil. Tim penyelamat terus mengevakuasi puluhan korban dari lokasi pengeboman.
Otoritas kesehatan setempat memperingatkan bahwa rumah sakit di wilayah tersebut tidak mampu menampung sejumlah besar korban jiwa. Hal ini diperburuk dengan penghancuran infrastruktur kesehatan Gaza oleh pasukan pendudukan Israel.
Rekaman Reuters menunjukkan ambulans melaju menuju daerah tersebut di tengah kepulan asap dan debu. Pengungsi, termasuk perempuan dan anak-anak, melarikan diri dengan panik, beberapa di antaranya memegang barang-barang di tangan mereka.
Para saksi mata mengatakan serangan itu terjadi secara mengejutkan karena kawasan tersebut tenang dan menambahkan lebih dari satu rudal telah ditembakkan. Beberapa korban luka yang dievakuasi adalah petugas penyelamat, kata mereka.
"Mereka semua hilang, seluruh keluargaku hilang.. di mana saudara-saudaraku? Mereka semua pergi, mereka semua hilang. Tidak ada yang tersisa," kata seorang perempuan yang menangis, yang tidak menyebutkan namanya. “Anak-anak kami tercerai-berai, mereka tercerai-berai. Kalian tak punya malu!” tambahnya.
Israel mengatakan menargetkan panglima militer Hamas Mohammed Deif dan Rafa Salama, komandan Brigade Khan Younis Hamas dalam serangan itu. IDF menggambarkan mereka sebagai dua dalang serangan 7 Oktober.
Hamas menyangkal klaim tersebut. Mereka menekankan bahwa narasi Israel adalah kebohongan untuk membenarkan serangan mematikan mereka. “Semua korban adalah warga sipil dan apa yang terjadi adalah peningkatan besar dalam perang genosida, yang didukung oleh dukungan Amerika dan keheningan dunia,” kata pejabat Hamas Sami Abu Zuhri kepada Reuters.