Selasa,  17 September 2024

Inggris Sudah Bangkrut, Waspada Utang Indonesia Sudah Naik Lho

RN/NS
Inggris Sudah Bangkrut, Waspada Utang Indonesia Sudah Naik Lho

RN - Ini warning buat Indonesia. Sebab, pemerintah baru Inggris yang dipimpin oleh Partai Buruh mengungkap kondisi keuangan negara yang hancur bahkan hampir bangkrut.

Ekonomi Inggris diungkap Menteri Keuangan Rachel Reeves. Dia memaparkan laporan fiskal Inggris yang mengalami defisit 20 miliar poundsterling atau Rp419 triliun. 

Dia bahkan menyebut Inggris sudah bangkrut dan hancur. "Penilaian tersebut akan menunjukkan bahwa Inggris bangkrut dan hancur, mengungkap kekacauan yang dibuat oleh politik populis terhadap ekonomi dan layanan publik," kata Reeves, seperti dimuat Reuters pada Minggu (28/7).

BERITA TERKAIT :
Sri Mulyani Lapor Prabowo, Semoga APBN Dan Ekonomi Lancar
Daya Beli Anjlok, Orang Lebih Cari Barang Murah Meriah

Lebih lanjut, Reeves menyalahkan pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Partai Konservatif karena gagal menangani kondisi keuangan negara.

"Ini akan menunjukkan bahwa pemerintah sebelumnya membuat komitmen pendanaan yang signifikan untuk tahun keuangan ini tanpa mengetahui dari mana uang itu akan berasal," tegasnya.

Konservatif membantah laporan tersebut dan menuduh Partai Buruh sengaja membuat laporan palsu agar bisa menaikan pajak.

Media lokal menyebut Reeves akan menggunakan laporan itu untuk membuka jalan bagi kenaikan pajak lainnya pada anggaran berikutnya.

Financial Times memperkirakan Reeves akan menunda beberapa proyek pembangunan jalan dan rumah sakit.

Reeves terkekang oleh janji-janji kampanye Partai Buruh untuk tidak menaikkan tarif pajak penghasilan, pembayaran jaminan sosial Asuransi Nasional, pajak pertambahan nilai, dan pajak perusahaan.

Sementara Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebut industri manufaktur Indonesia sedang tidak baik-baik saja.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyebut anomali terjadi di Indonesia. Kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) terus turun, di saat status Indonesia masih belum menjadi negara maju.

"Kontribusi manufaktur terhadap PDB Indonesia terus menurun, sebelum kita mencapai status negara berpenghasilan tinggi. Kita tua sebelum kaya. Kita tidak menginginkan hal tersebut," katanya dalam Annual Conference on Indonesia Economic Development (ACIED) 2024 di Kantor BRIN, Jakarta Pusat, Selasa (30/7).

Wanita yang akrab disapa Winny itu mencatat Indonesia pernah jaya dalam urusan industri manufaktur. Ia mencontohkan sumbangsih sektor ini terhadap PDB pernah menyentuh 32 persen pada 2002 lalu.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebelumnya mencatat utang pemerintah sebesar Rp8.444,87 triliun per akhir Juni 2024. Angka ini naik Rp91,85 triliun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp8.353,02 triliun.

Berdasarkan buku APBN KiTa edisi Juli 2024 yang dikutip Selasa (30/7), rasio utang hingga paruh pertama tahun ini itu tercatat sebesar 39,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Pemerintah mengelola utang secara cermat dan terukur untuk mencapai portofolio utang yang optimal dan mendukung pengembangan pasar keuangan domestik," tulis APBN KiTa.