RN - Pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut akan berakhir sekitar tanggal 20 September 2024. Untuk panitia sebaiknya waspada.
Sebab Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo menanggapi venue cabang olahraga (cabor) bola voli pada penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 yang berlumpur dan penuh kubangan.
Selain itu Dito juga mendapat laporan miring soal fasilitas penginapan atlet serta makanan yang disiapkan panitia. Politisi Golkar itu juga mengancam akan melapor ke Mabes Polri dan Kejaksaan Agung (Kejagung).
BERITA TERKAIT :Kasak-Kusuk Berburu Kursi Wakapolri Pasca Agus Jadi Menteri
Bentuk Korps Pemberantasan Korupsi Di Polri, Manuver Jokowi Jelang Lengser?
Sementara, auditor BPKP mulai mengumpulkan bukti konsumsi hingga porsi makanan bagi atlet dan official yang diduga tidak sesuai dengan harga yang tertera di rencana anggaran biaya (RAB) bidang konsumsi PB PON Wilayah Aceh.
Auditor Ahli Madya BPKP Aceh Jufridani mengatakan pihaknya sudah menerima informasi terkait dugaan adanya penggelembungan anggaran alias markup atau permainan harga konsumsi bagi atlet dan ofisial PON 2024 di Aceh.
"Saat ini tim BPKP sedang mengumpulkan informasi dan memotret kondisi real di lapangan yang nantinya dokumen dan data ini akan kita gunakan untuk review pertanggungjawaban pada saat mereka melakukan pembayaran," kata Jufridani saat konferensi pers membahas konsumsi atlet di Media Center PON Wilayah Aceh, Kamis (12/9).
Pihaknya juga belum menentukan apakah harga makanan yang tertera di RAB sesuai dengan kondisi di lapangan yang diterima atlet, ofisial, hingga panitia PON lainnya.
"Saat ini kita belum berbicara layak atau tidak layak dengan harga Rp50 ribu dan Rp18 ribu. Kita masih memotret kondisi di lapangan," ujarnya.
Berdasarkan data yang diterima, penyedia konsumsi PON di Aceh itu adalah PT Aktifitas Atmosfer yang berbasis di Jakarta Selatan sebagai vendor tunggal. Perusahaan itu mengelola konsumsi atlet hingga official PON 2024 dengan pagu anggaran senilai Rp42,3 miliar.
Dalam RAB itu juga disebutkan bahwa harga satuan per porsi makanan untuk atlet Rp50.900 dan secara keseluruhan mencapai Rp 30,8 miliar. Sementara untuk snack atlet per satuannya Rp18.900 dan nilai secara keseluruhan Rp11,4 miliar.
Namun, berdasarkan sejumlah laporan di lapangan, harga tersebut berbeda dengan kondisi riil yang diterima atlet hingga ofisial.
Sebagian atlet mendapat satu kotak nasi yang di dalamnya hanya telur bulat, irisan wortel dan air mineral gelas. Lalu ada yang mendapat lauk berupa ayam seukuran jari kelingking orang dewasa.
Lalu ada yang menerima nasi keras hingga lauk yang sudah basi. Persoalan itu diperparah dengan keterlambatan distribusi konsumsi yang sering telat sampai ke lokasi atlet beristirahat.