RN - Pramono Anung dan Rano Karno lagi jadi sasaran tembak. Survei yang menyebutkan, pasangan nomor urut 3 menang di Pilkada DKI ini bisa berakhir pahit.
Sekelompok massa mendadak menggelar aksi demonstrasi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta. Massa menuntut KPK memberikan kejelasan terhadap kasus dugaan korupsi e-KTP dan pengadaan alat kesehatan (alkes) di Provinsi Banten.
Ketua Petisi Masyarakat Jakarta Antikorupsi Hasan Assegaf mengatakan dua kasus tersebut yang diduga menyeret nama calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
BERITA TERKAIT :Pilkada DKI 1 Putaran, Bawaslu Jangan Main Kayu?
Yang Mimpi Pilkada DKI Dua Putaran Ke Laut, RIDO Cuma Menang Di Dua Kecamatan
"Kami meminta kepada KPK untuk bisa memberikan kepastian hukum terhadap skandal kasus dugaan kasus yang melibatkan Pramono Anung dalam skandal kasus e-KTP," kata Hasan di Gedung Merah Putih KPK.
"Selain itu, kasus pengadaan proyek alat kesehatan di Provinsi Banten," sambung Hasan.
Hasan menyebutkan, dugaan korupsi pengadaan alkes Provinsi Banten itu diduga menyeret nama Rano Karno.
Sementara terkait permintaan kejelasan dua kasus tersebut, Hasan menyatakan pihaknya telah bersurat ke Lembaga Antirasuah pada 6 November 2024 lalu.
"Jangan membiarkan masalah Pramono Anung dan Rano Karno itu tidak ada kepastian hukum yang pada akhirnya bisa menimbulkan spekulasi yang tidak jelas di ruang publik," ujarnya.
Menanggapi aksi tersebut, Juru Bicara Pramono Anung-Rano Karno Chico Hakim menegaskan Pramono dan Rano Karno merupakan sosok yang bersih dari korupsi. "Terbukti mereka sudah menjabat di pemerintahan puluhan tahun," tegas Chico.
Seperti diberitakan, survei Litbang Kompas menunjukkan gelaran Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024 berpotensi berlangsung dua putaran.
Litbang Kompas mencatat pasangan nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno menguasai dukungan pemilih sebesar 38,3 persen. Sementara pasangan nomor urut 1 Ridwan Kamil-Suswono berada di posisi kedua dengan dukungan 34,6 persen pemilih.
Pasangan nomor urut 2 Dharma Pongrekun-Kun Wardana makin tertinggal dari kedua rival politiknya itu lantaran hanya memperoleh 3,3 persen dukungan.
Berdasarkan survei itu, Pramono-Rano hanya unggul tipis dari RK-Suswono. "Survei itu bukan penentu takdir, survei itu hanya pembaca situasi hari ini. Yang penting kalau survei baik, kerja-kerja terus. Kalau survei kurang baik, kerja saja terus, gitu saja," ujar Kang Emil.