RN - Jumlah pengangguran di Indonesia masih mencapai 7,5 juta orang. Penyumbang terbanyak ada pada lulusan SMK.
Tingginya jumlah pengangguran di Indonesia semakin hari semakin meningkat, salah satu indikator yang masih berlanjut ini dikarenakan rasio kesempatan kerja untuk masyarakat. Maka dari itu, pemerintah perlu menyelaraskan kompetensi tenaga kerja dan rasio kesempatan kerja.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyatakan tingkat pengangguran terbuka masih cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data, jumlah pengangguran tembus 7,5 juta orangdi Indonesia.
BERITA TERKAIT :SMK Gak Laku Di Perusahaan, Ini Jurusan Susah Cari Kerja
Menurut dia, tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang masih tinggi ini disebabkan beberapa hal. Seperti SDM yang kurang terampil, hingga mis match antara kebutuhan industri dengan angkatan kerja baru.
"Memang menciptakan dan menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap bekerja ini menjadi tantangan kita semua. Tapi ini motivasi kita di Kemnaker, ini adalah tugas yang mulia," lanjutnya.
Disatu sisi, Yassierli juga menyinggung soal kondisi perekonomian nasional yang juga menjadi faktor penyumbang pengangguran terbuka di Indonesia. Menurutnya, kondisi deflasi yang terjadi hingga Oktober 2024 lalu juga menjadi penyebab masih tingginya pengangguran di Indonesia.
"Pengangguran ini tentu masalah yang sifatnya tidak hanya beban dan tanggung jawab dari Kementerian Ketenagakerjaan, kondisi ekonomi kita saat ini kalau meminjam istilah bu Sri Mulyani memang sedang tidak baik baik saja, ada deflasi dari Mei sampai Oktober, kita melihat juga jumlah PHK termasuk besar," sambungnya.
Diketahui, lulusan dengan tingkat pendidikan lebih rendah rentan kesulitan bersaing di pasar kerja, sementara lulusan dengan tingkat pendidikan tinggi menghadapi kesulitan atau ketidaksesuaian antara keahlian mereka dan kebutuhan industri.
Tingginya tingkat pengangguran terbuka di Indonesia yang masih tinggi ini disebabkan beberapa hal. Seperti SDM yang kurang terampil, hingga Mismatch antara kebutuhan industri dengan angkatan kerja baru.
"Memang menciptakan dan menyiapkan tenaga kerja terampil yang siap bekerja ini menjadi tantangan kita semua. Tapi ini motivasi kita di Kemnaker, ini adalah tugas yang mulia," lanjutnya.
"Saya mendengar bahwa di DKI Jakarta sudah banyak SMK unggulan. Ini harus terus dipertahankan dan ditingkatkan, sehingga di balai pelatihan, tenaga kerja tidak perlu disiapkan dari nol. Pembekalan di SMK harus cukup memadai, tinggal penyempurnaan selama satu atau dua bulan, kemudian diberikan sertifikasi," lanjutnya.
Nantinya, sertifikasi tersebut bisa dijadikan jaminan kompetensi tenaga kerja, sebagai manfaat untuk membuktikan bahwa masyarakat tersebut sudah memenuhi kemampuan standar yang diharapkan.
"Kompetensi yang disiapkan tidak hanya berupa keterampilan teknis, tetapi juga mencakup soft skills. Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Oleh sebab itu, kita perlu menata proses dari hulu ke hilir agar expo seperti ini memberikan hasil maksimal," ungkapnya.
Dengan tantangan seperti deflasi, pelemahan daya beli, dan dampak geopolitik global, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset diharapkan dapat menjadi kunci mendorong stabilitas ekonomi Indonesia.