Sabtu,  14 December 2024

Lulusan SMK Di Jabar Kenapa Gak Laku, Gak Matching Dengan Kebutuhan Industri

RN/NS
Lulusan SMK Di Jabar Kenapa Gak Laku, Gak Matching Dengan Kebutuhan Industri
Ilustrasi

RN - Lulusan sekolah kejuaruan atau SMK di Jawa Barat (Jabar) sulit dapat kerja. Hal ini disebabkan tidak matching (selaras) antara jurusan lulusan SMK dengan kebutuhan industri.

Alhasil jebolan SMK banyak yang nganggur. Saat ini tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jabar periode Agustus 2024 yang tembus diangka 6,75 persen. 

Jumlah tersebut tertinggi dibandingkan nasional 4,91 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar disebutkan, tingginya TPT tersebut dikontribusi dari tak terserapnya tenaga kerja tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni sebesar 12,74 persen.

BERITA TERKAIT :
SMK Gak Laku Di Perusahaan, Ini Jurusan Susah Cari Kerja
Warisan Jokowi Dan Jumlah Pengangguran Naik, Anak SMK Harus Perkuat Skil

Seperti diberitakan, jumlah pengangguran pada Agustus 2022 di Jawa Barat mencapai 8,31% dan menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia. 

Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di Jawa Barat, antara lain: Rendahnya kesempatan kerja, Tingkat pendidikan yang rendah, Konsumsi masyarakat, Pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi. 

Pada Februari 2024, jumlah pengangguran di Jawa Barat sebanyak 1,79 juta orang, turun 217.000 orang dibandingkan Februari 2023.

Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Iwan Suryawan mengkritisi masih tingginya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Jabar periode Agustus 2024 yang tembus diangka 6,75 persen tertinggi dibandingkan nasional 4,91 persen.

Data BPS Provinsi Jawa Barat menyebutkan apabila dilihat berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. TPT pada Agustus 2024 mempunyai pola yang sama dengan Agustus 2023. Pada Agustus 2024, TPT dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan masih menyumbang angka paling tinggi dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 12,74 persen.

“Tidak matching (selaras) antara lulusan SMK dengan kebutuhan industri menjadi salah satu penyebab masih tingginya pengangguran untuk tingkat SMK,” kata Iwan Suryawan di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (11/11/2024).