Rabu,  12 March 2025

Donald Trump Pro Ke Putin, Ukraina Terancam, NATO Terbelah Dan Galau?

RN/NS
Donald Trump Pro Ke Putin, Ukraina Terancam, NATO Terbelah Dan Galau?
Donald Trum dan Putin.

RN - Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara terbuka membela Presiden Rusia Vladimir Putin. Sikap Trump ini bakal menyulitkan Ukraina.

Trump diketahui telah menyalahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky atas invasi Rusia di Ukraina. Dalam pernyataan di Mar-a-Lago, Florida, Trump mengatakan keluhan Ukraina karena tidak diajak diskusi bareng AS dan Rusia tak sepatutnya dilontarkan oleh Zelensky.

Trump menilai Zelensky semestinya bisa menyetop perang sejak awal, namun malah tidak dilakukan. Sekarang, disaat ia punya kekuatan untuk mengakhiri perang, usahanya justru dicibir oleh Zelensky.

BERITA TERKAIT :
Trump Usir Presiden Ukraina, Kurang Ajar Saat Bahas Perdamaian Dengan Rusia
Trump Minta Kembalikan Duit Bantuan Perang Diganti Minyak, Ukraina Bisa Bangkrut Nih...

"Saya rasa saya punya kekuatan untuk mengakhiri perang ini dan saya kira hal itu berjalan baik. Namun hari ini saya mendengar [keluhan] 'Ah, kami tidak diundang'. Hei, Anda sudah berperang selama tiga tahun. Seharusnya Anda mengakhirinya setelah tiga tahun. [Bahkan] mestinya jangan pernah memulainya. Anda bisa saja membuat kesepakatan," kata Trump pada Selasa (18/2), seperti dikutip CNN.

Meski menyemprot Zelensky, Trump sendiri menyatakan bahwa dirinya sebetulnya menyukai Zelensky "secara pribadi".

Kendati begitu, seorang pemimpin berbeda dengan hal-hal yang bersifat pribadi.

"Dia baik, namun saya tidak memedulikan hal pribadi. Saya peduli tentang bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan. Anda memiliki kepemimpinan sekarang yang memungkinkan perang terjadi di mana seharusnya tidak pernah terjadi," ucap Trump.

Ketika ditanya wartawan apakah Trump mendukung tuntutan Rusia agar Ukraina segera menggelar pemilihan umum, Trump menyiratkan bahwa dia sangat mendukung gagasan tersebut.

Rusia terus menyatakan bahwa Zelensky bukan presiden yang sah. Zelensky terpilih sebagai Presiden Ukraina pada 2019 untuk masa jabatan selama lima tahun. Namun, meski sudah lewat lima tahun, Zelensky tetap menjabat presiden.

Ukraina tidak bisa mengadakan pemilihan umum lantaran status darurat militer imbas perang dengan Rusia.

"Mereka ingin duduk di meja perundingan, tetapi Anda bisa mengatakan ... bukankah orang-orang Ukraina memiliki suara? Sudah lama sekali sejak kami mengadakan pemilihan umum," kata Trump, seperti dikutip AFP.

"Itu bukan hal yang diminta Rusia, tapi dari saya, dari negara lain," lanjut Trump.

AS dan Rusia telah sepakat mengadakan pembicaraan damai mengenai perang Rusia vs Ukraina.

Pada Selasa (18/2), delegasi AS dan Rusia sudah menggelar pembicaraan awal di Arab Saudi. Pertemuan itu dihelat sebelum pembicaraan tingkat tinggi antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pertemuan AS dan Rusia ini telah membuat was-was Ukraina dan negara-negara Eropa. Pasalnya, Ukraina, selaku negara yang diinvasi, tak diundang dalam negosiasi.

Eropa, selaku kawasan tempat perang meletus, juga tak diundang, padahal Rusia menginvasi Ukraina karena Kyiv mau gabung dengan NATO.

Oleh sebab itu, Zelensky mengkritik pertemuan AS-Rusia dengan menegaskan tak akan menerima kesepakatan apa pun yang diputuskan kedua negara yang tidak melibatkan Ukraina di dalamnya.

NATO Terbelah

Indikasi AS mendukung Rusia membuat negara-negara Eropa yang tergabung dalam NATO terbelah. Kanselir Jerman Olaf Scholz menolak mengerahkan pasukan ke Ukraina seperti yang ingin dilakukan Inggris.

Dalam rapat darurat para pemimpin Eropa di Prancis, Senin (17/2), Scholz mengatakan gagasan untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina sebagai keputusan"prematur".

Ia menilai saat ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal itu karena wacana tersebut menyangkut Ukraina sehingga Kyiv harus hadir dalam pembicaraan.

"Terus terang saya cukup kesal dengan perdebatan ini," kata Scholz kepada wartawan usai rapat, seperti dikutip Anadolu Agency.

"Orang-orang bicara atas nama Ukraina tentang hasil pembicaraan damai yang bahkan belum dimulai, yang belum disetujui Ukraina, dan itu bahkan belum ada di atas meja," lanjut dia.

Walau begitu, Scholz pada saat itu menekankan bahwa negaranya akan terus mendukung Ukraina. Ia juga menggarisbawahi bahwa Ukraina harus dilibatkan dalam negosiasi perdamaian apa pun yang menyangkut negara itu.

"Oleh karena itu, ini adalah perdebatan yang tidak pantas, karena digelar pada waktu yang salah dan membahas topik yang salah. Kami belum damai, kami masih di tengah perang yang dilancarkan secara brutal oleh Rusia," ujarnya.

Para pemimpin negara Eropa berkumpul di Prancis pada Senin (17/2) untuk membahas sejumlah isu mulai dari situasi di Ukraina, hubungan transatlantik, kemungkinan negosiasi damai, dan keamanan di Eropa.

Pertemuan itu digelar usai AS dan Rusia sepakat duduk bersama untuk membahas perang Rusia vs Ukraina. Delegasi AS dan Rusia dijadwalkan menggelar pertemuan awal pada Selasa (18/2) di Arab Saudi.

Pertemuan AS-Rusia itu pun membuat kalut negara Eropa lantaran tak melibatkan mereka maupun Ukraina, yang notabene negara Eropa dan hendak bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.

Selama pertemuan di Istana Elysee, para pemimpin Eropa sempat terbelah karena masalah Ukraina. Beberapa negara berniat mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina jika gencatan senjata tercapai. Negara lainnya, seperti Jerman, merasa terlalu dini membicarakan hal itu.

Rapat darurat itu pun berakhir tak mengeluarkan pernyataan bersama apa pun.