Rabu,  15 May 2024

Selamat Tinggal PALYJA & Aetra

Jalan Mulus Anies Ambil Air PAM Dari Tangan Swasta

NS/RN
Jalan Mulus Anies Ambil Air PAM Dari Tangan Swasta
Pipa air bocor di kawasan Puri, Jakbar, beberapa waktu lalu.

RADAR NONSTOP - Air bersih atau PAM di Jakarta akhirnya bakal dikelola Pemprov DKI Jakarta. Ibarat gayung bersambut, rencana Anies langsung diamini Prasetio Edi Marsudi.

Ketua DPRD yang akrab disapa Om P ini mendukung menyetop swastanisasi air. Pras meminta Anies tak risau terkait anggaran untuk mengambil alih pengelolaan air di Jakarta.

"Kalau pun penalti ya sudah nggak apa-apa kita bayar. Nggak usah takut banget. Toh daripada uang kita Silpa (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran)," kata Pras kepada wartawan, Selasa (12/2/2019).

BERITA TERKAIT :
Bedah LKPJ TA 2023, Komisi III Undang OPD Pemkot dan Jajaran Direksi BUMD Kota Bekasi 
Buka Posko Penonaktifan NIK, Semoga Aksi PSI DKI Tidak Carmuk Jelang Pilkada 

Pras mengatakan dana untuk mengakuisisi Palyja dan Aetra bisa menggunakan modal ke PT Jakarta Pripertindo yang belum dikembalikan. Menurutnya, dana sebesar Rp 650 miliar bisa membantu tahap awal akuisisi tersebut.

Anies mengumumkan akan mengambil alih pengelolaan air dari pihak swasta. Anies berargumen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengalami kerugian setelah perjanjian pada 1997 saat pengelolaan dilakukan oleh Palyja dan Aetra.

"Posisi Pemprov DKI sangat jelas dan tegas, Pemprov akan segera ambil alih pengelolaan air di Jakarta demi dukung target perluasan air bersih di Jakarta. Tujuannya koreksi perjanjian yang dibuat masa Orba '97, selama 20 tahun perjanjian, pelayannya air bersih tidak sesuai dengan apa yang diharapkan," kata Anies kepada wartawan di Balai Kota Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (11/2).

"Awal tahun 1998, 44,5 persen. Berjalan dua puluh tahun hanya tingkat jadi 59,4 persen. Dulu delegasikan. Kesenangan swasta. Dan kita siap untuk ambil alih. Kepala swasta masalah?" imbuh Anies.

Anies menekankan ada tiga kerugian yang dialami Pemprov DKI Jakarta. Masalah pertama adalah soal eksklusivitas pengelolaan air. 

"Jadi kita tahu investasi terkait dengan pengelolaan air ini, dalam perjanjian air ini harus seizin pihak swasta. Kita tahun lalu ingin tambah jaringan namun tidak dimungkinkan oleh peraturan, karena hak itu ada pada swasta. Tambah saja harus izin ke pihak swasta," ucap Anies

Diketahui, sejak tahun 1997 saat pengelolaan dilakukan oleh PALYJA dan Aetra selalu rugi. "Baguslah diambil Pak Anies. Semoga airnya lancar tidak lagi cret-cret," ungkap Ida (34) warga Kedoya, Jakbar.

Sianturi (45) warga Tanjung Priok, Jakut mengaku dirinya sangat senang ketika Anies mengambil alih air bersih. "Airnya suka bau. Semoga nanti bisa lancar dan tak bau lagi," ungkapnya.
 

#Palyja   #Aetra   #DPRD