Senin,  31 March 2025

Banjir Jabodetabek, Kota Dan Kabupaten Bekasi Paling Parah

RN/NS
Banjir Jabodetabek, Kota Dan Kabupaten Bekasi Paling Parah
Banjir di Bekasi paling parah.

RN - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merinci dampak banjir di Jabodetabek. Kota Bekasi mengalami kerugian terbesar dengan total Rp878,6 miliar.

Disusul Kabupaten Bekasi sebesar Rp659,1 miliar dengan tambahan kerugian sebesar Rp20,9 miliar, sehingga total dampaknya mencapai Rp680 miliar. 

Selanjutnya untuk Provinsi Jakarta, total kerusakan dan kerugian mencapai Rp1,92 miliar, kemudian Kabupaten Bogor sebesar Rp96,7 miliar, dan Kota Depok senilai Rp28,8 miliar.

BERITA TERKAIT :
Pondok Gede Kota Bekasi Bakal Jadi Langganan Banjir?

BNPB menyebut banjir yang merendam wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) awal Maret 2025 memicu kerugian sosial-ekonomi yang besar, jumlah totalnya mencapai lebih dari Rp1,69 Triliun.

Nilai kerugian tersebut berdasarkan hasil rekapitulasi yang diterima BNPB dalam rapat koordinasi tingkat menteri, membahas penanganan dan pengurangan risiko bencana banjir jangka pendek-menengah di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Jakarta, Kamis (27/3).

"Total nilai kerusakan dan kerugian akibat bencana ini mencapai Rp1.699.670.076.814. Angka ini mencerminkan dampak serius terhadap infrastruktur, perekonomian, dan kehidupan masyarakat di daerah terdampak," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis malam (27/3).

Abdul menguraikan secara rinci dampak besar terhadap ekonomi dan kehidupan masyarakat korban banjir yang melanda Jabodetabek yang terjadi Minggu (2/3) dan Senin (3/3).

Meskipun tanpa laporan kerusakan fisik, kata dia, Kabupaten Tangerang mencatat kerugian sebesar Rp5,06 miliar. Sementara, Kota Tangerang Selatan tidak melaporkan kerusakan atau kerugian yang signifikan.

Menurut dia, kerusakan rumah serta kerugian akibat kehilangan barang dan kebutuhan dasar memberikan dampak besar bagi masyarakat terdampak, di mana untuk sektor perumahan paling terdampak, dengan nilai kerusakan dan kerugian mencapai Rp1.344.732.352.500.

Selanjutnya infrastruktur mengalami kerusakan dengan senilai Rp45,880 miliar, dan kerugian akibat gangguan akses transportasi dan fasilitas umum mencapai Rp110.117.582.000. Dengan begitu total kerugian sektor ini mencapai Rp155.997.582.000.

Selain itu sektor ekonomi juga terdampak cukup besar, dengan nilai kerusakan mencapai Rp130,2 miliar, serta kerugian akibat penurunan aktivitas ekonomi senilai Rp14.188.511.000.

Dari sisi sosial, banjir juga membuat kerugian sebesar Rp36.786.198.314, yang mencakup gangguan layanan kesehatan, pendidikan, serta peningkatan kebutuhan bantuan sosial bagi masyarakat terdampak. Bahkan, kerugian lintas sektor mencatat total kerugian sebesar Rp352.452.000.

"Istilah ini mencakup berbagai aspek, seperti dampak terhadap tata kelola pemerintahan, lingkungan, dan lainnya dalam penanganan bencana. Dengan total nilai kerusakan dan kerugian yang hampir mencapai Rp 1,7 triliun, banjir Jabodetabek 2025 menjadi salah satu bencana dengan dampak ekonomi dan sosial yang besar," katanya.

Hal itu, lanjutnya, semakin menegaskan bahwa semua pihak, khususnya masyarakat, harus memandang serius kelestarian lingkungan dalam program pembangunan (RT/RW), karena akan lebih baik memaksimalkan upaya pencegahan atau menjaga ketimbang menanggulangi dampak bencana.

"BNPB juga telah memberikan bantuan berupa dana operasional serta bantuan logistik dan peralatan senilai Rp8.225.706.356 kepada pihak-pihak terkait dalam penanganan bencana," kata dia.