Rabu,  26 November 2025

Kaban BGN Pro-Asing Terkait Jelantah MBG, SAS Institute: Ada Potensi 620 Milyar Korupsi

RN/CR
Kaban BGN Pro-Asing Terkait Jelantah MBG, SAS Institute: Ada Potensi 620 Milyar Korupsi
Ist

RN - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, mendorong BGN melakukan komersialisasi dari minyak jelantah residu program MBG.

Dirinya merencanakan seluruh minyak jelantah program MBG akan dikomersialisasikan kepada Singapore Airlines. Dengan alasan jauh lebih menguntungkan.

“Ini jelantahnya ditampung, dan kemudian diekspor dengan harga dua kali lipat. Penggunanya adalah Singapore Airlines,” ucap Dadan Hindayana. 

BERITA TERKAIT :
Anak Legislator Kuasai SPPG, Demi Merah Putih Asal Gak Jadi Alat Bisnis

Dadan juga menjelaskan bahwa setiap SPPG menggunakan 800 liter minyak goreng setiap bulan. Dan 70% dari itu adalah residu minyak jelantah. Bersamaan dengan itu sudah berjalan aktif 15.363 SPPG diseluruh Indonesia.

Abi Rekso selaku Sekretaris Eksekutif Said Aqil Sirodj Institute, menyesalkan sikap Kepala BGN yang tidak nasionalis serta kapitalis. Karena berorientasi pada asing dan semata-mata keuntungan.

“Saya menilai Kepala BGN membawa agenda luar dalan hal jual beli minyak jelantah. Lagi pula, masih ada urusan lain yang lebih penting seperti kasus keracunan. Lagi pula Pertamina sebagai BUMN juga bisa membeli minyak jelantah,” jelas Abi Rekso.

Abi juga menjelaskan, jika berfikir nasionalis sesuai arahan Presiden Prabowo seharusnya jelantah itu dijual ke Pertamina. Manfaat dan keuntungannya kembali ke negara. 

Pertamina memberikan harga Rp. 6000/ltr minyak jelantah. Jika setiap SPPG menghasilkan 560 liter jelantah per bulan, artinya 6.720 liter jelantah pertahun, pendapatan setara dengan 40,3 juta rupiah. 

Jika diasumsikan sudah beroperasi 15.363 dapur kemudian dikalikan Rp. 40.300.000 hasil dari minyak jelantah. Maka potensi hasil penjualan mintah jelantah MBG setara dengan 620 Milyar rupiah. 

“Kita perlu sama-sama menjaga, agar BGN tidak menjadi lembaga percaloan. Dengan adanya niat Kaban BGN ini ada potensi 620 milyar pertahun. Saya rasa KPK, BPK dan Kejaksaan perlu memperkuat pengawasan,” tutup Abi Rekso.