RADAR NONSTOP - Pernyataan bahwa kematian 380 lebih petugas KPPS karena kelelahan adalah manipulasi dan kebohongan publik. Kelelahan tidak menyebabkan seseorang meninggal.
Begitu dikatakan dr Umar Zein, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Kelelahan tidak bisa langsung menyebabkan kematian. Ada tiga “pintu” kematian, yaitu otak, jantung dan paru.
Bila otak tidak cukup mendapat oksigen oleh berbagai sebab, misalnya penyumbatan pembuluh darah, maka terjadi kematian sel-sel otak. Tetapi pasien tidak langsung mati. Ada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan kehidupan sel-sel yang lain.
BERITA TERKAIT :Mendekati Pencoblosan, DPRD Kota Bekasi Ingatkan KPU dan Bawaslu Bekerja Profesional
Kasak-Kusuk Mr A Dongkel Kursi Wali Kota Jakpus
Bahkan kematian Batang Otak disebut kematian secara medis, butuh waktu beberapa jam untuk kemudian terjadi kematian biologis, setelah jantung dan paru berhenti berfungsi,” tuturnya.
Dia menegaskan gagal Jantung, gagal ginjal, gagal hati, tidak langsung mati, mungkin koma dulu beberapa hari bahkan lebih.
Selajutnya dia mengurai kelelahan petugas Pemilu pastilah tidak sampai 1/1000 dari kelelahan pada pekerja paksa zaman Belanda. Kelelahan mungkin bisa sebagai pemicu gangguan akut atau eksaserbasi dari Penyakit kronik yang diidap.
“Ini butuh pembuktian pemeriksan medis yang cermat. Lalu, mengapa diberitakan di media, banyak petugas Pemilu meninggal dunia akibat kelelahan? Ini pembodohan pada rakyat awam atau orang yang tidak faham ilmu medis, atau sedikit tahu ilmu medis,” tegasnya.
“Penyebab kematian tidak sesederhana itu, saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Indonesia! Kematian mendadak (sudden death) secara medis, akibat proses di jantung, paru atau otak atau gabungannya,” tukasnya.
“Apa penyebab kematian ratusan Petugas Pemilu Indonesia Tahun 2019? Perlu penelitian. Yang pasti bukan kelelahan,” pungkasn Mantan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RUSD) dr Pirngadi Medan ini.
Sebelumnya, Ketua KPU RI, Arief Budiman berkilah banyaknya petugas KPPS yang meninggal dan sakit disebabkan kelelahan saat bertugas.
Arief mengklaim kelelahan terjadi karena pekerjaan yang diamanahkan ke petugas KPPS terlalu banyak dan berat. Jam kerja yang dijalankan pun tidak menentu. Petugas hampir bekerja selama 24 jam, terutama menjelang pemungutan suara hingga penghitungan suara dilakukan.