RADAR NONSTOP - Malam itu tepat jam 11 malam. Anies Abdilah baru saja pulang kerja dan naik KRL dari Stasiun Cikini menuju Depok.
Di gerbong hanya ada beberapa penumpang. Kereta melaju dengan kencang.
Saat KRL hendak masuk ke Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, tiba-tiba bunyi suara brak, brak. Anies melihat para penumpang menunduk dan berteriak.
BERITA TERKAIT :Stasiun Tanah Abang Jadi Enam Jalur, Jalur Tunggu Jalur Serpong Cuma Tiga Menit
Perluas Akseptasi, Kartu JakCard kini Bisa Digunakan Sebagai Tiket Perjalanan KRL
"Batu itu dilempar dan kena kaca. Untung saja tidak pecah dan tak ada penumpang luka," aku bapak satu anak warga Pancoran Mas, Depok ini kepada wartawan, Selasa (25/6).
Teror batu membuat petugas berdatangan. Dengan sigap, petugas menutup jendela. "Kejadiannya Minggu lalu, sudah malam," beber Anies yang bekerja di kawasan Cikini, Jakpus.
Sejak insiden itu, Anies selalu berhati-hati jika KRL yang ditumpanginya masuk Stasiun Manggarai. "Saya trauma sampai bawa triplek buat jaga-jaga. Karena lemparan batu itu tiba-tiba datangnya. Dan entah siapa pelakunya," tukasnya.
Dari catatan sejarah, kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, pada awalnya merupakan tempat tinggal dan pasar budak asal Manggarai, Flores. Wilayah yang masuk Gementee (setingkat kota madya) Meester Cornelis ini kemudian berkembang menjadi sebuah kampung.
Meskipun jalur kereta api Jakarta-Bogor sudah dibangun perusahaan kereta api swasta Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) sejak 1873, di Kampung Manggarai baru dibangun stasiun kereta api pada 1914 dan diresmikan pada 1 Mei 1918.
Sebelumnya, stasiun kereta api terdekat itu adalah Stasiun Bukit Duri yang terletak sekitar 400 meter dari selatan Stasiun Manggarai.
Sejak 1913, perusahaan kereta api negara Staatsspoor en Tramwegen (SS) menguasai seluruh jaringan rel kereta api di Batavia dan Meester Cornelis.