RADAR NONSTOP - Kota Bekasi genap berusia 22 tahun. 10 Maret adalah hari di mana, kota seluas sekitar 210,49 KM itu menjadi Kota Patriot.
Nama Bekasi memiliki sejarah panjang. Di bawah Pemprov Jawa Barat, Bekasi berasal dari kata bagasasi yang artinya sama dengan candrabaga yang tertulis di dalam Prasasti Tugu era Kerajaan Tarumanegara, yaitu nama sungai yang melewati kota ini.
Bekasi juga merupakan bagian dari megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota satelit dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia. Saat ini Kota Bekasi berkembang menjadi tempat tinggal kaum urban dan sentra industri.
BERITA TERKAIT :Hasto Yakin Kota Bekasi Bakal Direbut Kader PDIP, RIDHO Diyakini Menang Pilkada
Kena Masalah, Akun Tiktok Herkos Voters Dilaporkan ke Polres Kota Bekasi
Kota Bekasi juga dijuluki sebagai Kota Patriot atau Kota Pejuang. Tahun 1997 adalah awal berdirinya Kota Bekasi.
Kota yang di bully habis-habisan di media sosial ini sebenarnya dahulunya merupakan sebuah pusat kerajaan besar yang bernama Tarumanegara yang menguasai wilayah Sunda Kelapa, Depok, Cibinong, Bogor sampai ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu.
Kota ini juga mencatatkan sejarah panjang hingga akhirnya dijuluki kota patriot. Kota Bekasi pun menjadi inspirasi dari puisi Chairil Anwar yang berjudul Kerawang-Bekasi yang menggambarkan betapa patriotnya kota ini.
Dulu, kota ini bernama Chandrabhaga, Chandra memiliki makna bulan, sedangkan Bhaga bermakna “Bagian”. Kajian secara etimologis menyatakan bahwa makna kata dari Chandrabhaga ini adalah bagian dari bulan.
Nama Chandrabhaga kemudian diubah menjadi Bhagasasi, namun karena pengucapannya yang sulit, akhirnya sering disebut Bhagasi.Ketika Belanda menjajah Indonesia dan Bekasi dikuasai mereka, namanya pun kemudian diganti dengan nama Bacassie. Namun nama Bacassie lebih familiar dengan sebutan Bekasi.
Kota ini masuk dalam catatan sejarah Republik Indonesia. Disinilah berkumpul para pejuang hingga titik darah penghabisan. Tak salah, kota ini kemudian mendapat julukan Kota Patriot.
Setelah masa kemerdekaan, warga berdemo hingga akhirnya dibentuk UU Nomor 14 Tahun 1950. UU ini memperkuat Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah) dan 95 desa.
Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto "Swatantra Wibawa Mukti".
Akhirnya pada 20 April 1982, Menteri Dalam Negeri meresmikan kota administrasi Bekasi. Saat itu walikota yang pertama menjabat bernama H. Soedjono (1982 – 1988). Lalu pada tahun 1988 digntikan oleh Drs. Andi Sukardi hingga tahun 1991 (1988 – 1991) kemudian diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun (1991 – 1997) .
Kota ini lalu berkembang menjadi Kota Madya berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996. Dan pada tahun 10 Maret1997 akhirnya pemerintah setempat menetapkan menjadi hari jadi Kota Bekasi.
Genap 22 tahun, Bekasi masih menjadi sasaran bully. Di media sosial misalnya, macet horor hingga ke suasana di planet menjadi bahan cibiran warganet.
Selain macet, banjir juga masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar Pemkot Bekasi di bawah pimpinan Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi atau Pepen.
Selain warganet, cap buruk juga sempat diungkapkan Wali Kota Cilegon Edi Ariadi. Usai dilantik oleh Gubernur Banten Wahidin Halim pada Rabu 20 Februari 2019 sebagai wali kota, Edi menyebut pembangunan Cilegon tak ingin seperti Bekasi yang macet di mana-mana.
Ucapan Edi kontan saja membuat marah warga Bekasi. Hingga akhirnya Edi meminta maaf atas ucapannya.
Banjir dan Macet
Ada momok di masyarakat, jika ke Bekasi siap-siap macet. Jika hujan siap-siap dorong kendaraan karena banjir.
Ya, banjir dan memang masih menjadi momok. Pepen mengakui di usia Kota Bekasi ke-22 tahun pada tahun ini, kota itu masih mempunyai banyak kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain terkait masalah kemacetan dan banjir.
"Kekurangannya banyak. Kan sudah diberikan masukan oleh stakeholder. Masih dianggap sebagai kota macet, (kota) banjir, dan masih banyak. Akan diperbaiki lebih baik semuanya," kata Pepen di Alun-alun Kota Bekasi, Minggu (10/3/2019).
Pepen mengatakan, pihaknya akan menekankan pembangunan dua sektor yakni pendidikan dan kesehatan untuk menutupi kekurangan-kekurangan Kota Bekasi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kami akan tetap fokus pada pendidikan dan kesehatan karena itu bagian dari amanah pembukaan UUD 1945 bahwa negara wajib menyejahterakan rakyatnya. Kata sejahtera itu definisnya itu tidak lebih daripada pendidikan dan kesehatan," ujar Pepen.
Pepen juga tak menutup kemungkinan untuk meningkatkan pembangunan di sektor lain seperti infrastruktur jalan untuk mengurangi kemacetan di Kota Bekasi.
"Tentunya kami juga menambah alat-alat atau jumlah-jumlah untuk melayani masyarakat seperti infrastruktur jalan dan prasarana lainnya," kata Pepen.
Ia berharap, seluruh elemen masyarakat dan aparatur pemerintah bekerja sama untuk membangun Kota Bekasi menjadi lebih baik lagi.
"Saya harapkan aparatur pemerintah dan komponen masyarakat Bekasi untuk terus meningkatkan profesionalismenya dan integritas, rasa tanggung jawab, dan memberikan energi positif untuk sebuah proses peradaban membangun Bekasi yang kita cintai," kata Pepen.