Oleh : Drs. Beben Nurpadilah, M. Ikom
Sebelum kita membahas secara mendalam tema tersebut di atas. Ada baiknya kita breakdown dulu makna daripada politik transaksional dan politik jalan lurus.
Apa itu politik transaksional? Politik transaksional adalah cara berpolitik dengan pola transaksi yang bersifat take and give. Memberi dan menerima.
BERITA TERKAIT :Pramono Jangan Mau Dikibuli, Para Pemburu Jabatan Jago Klaim Dan Pasang Boneka
Fauzi Bowo Beserta Masyarakat Yakin Pramdoel Akan Jadi Pemimpin Jakarta
Yang memberi adalah pihak yang terlibat secara langsung dalam sebuah kontestasi, kalau dalam hal pemilihan kepala daerah maka si pemberi adalah pihak yang ikut berkontestasi yakni calon kepala daerah.
Dan si penerima, adalah mereka yang memiliki hak untuk memberikan suaranya dalam pilkada tersebut yakni masyarakat. Apa yang diberikan? Tentu sesuatu yang bersifat materi, sembako, atau hal kebendaan lainnya yg memiliki nilai. Umumnya adalah uang.
Jadi politik transaksional adalah upaya pemberian materi kepada seseorang supaya orang tersebut menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan kepala daerah. Ini jelas sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Praktik politik tak terpuji.
Lalu, apa itu politik jalan lurus? Tentu, ini adalah pola politik yang berseberangan dengan cara politik transaksional. Dari istilahnya saja, kita bisa tahu ini adalah politik dengan cara yang benar, baik dan lurus.
Politik yang mengedepankan adab, etika dan mampu membangun narasi positif kepada masyarakat. Menyajikan ide dan gagasan positif dalam membangun daerahnya demi kesejahteraan dan keadilan rakyat yang dipimpinnya.
Sebagai pihak yang insya Allah mendapatkan kesempatan dan restu dari rakyat untuk ikut dalam Pilkada Tangsel tahun depan, saya akan memilih acara politik jalan lurus dalam ikhtiar saya ikut membangun Tangsel. Karena politik jalan lurus yang jauh dari hal-hal negative pasti akan direstui rakyat.
Karena rakyat Tangsel bersama elemen yang ada, khususnya partai politik sebagai manivestasi dari suara rakyat di Tangsel, saya yakini sudah sangat cerdas dalam melihat mana pola politik yang konstruktif dan mana yang destruktif, sehingga bisa menentukan siapa yang akan diusung dan dipilih kelak.
Karena itulah, saya memilih politik jalan lurus ini sebagai ikhtiar untuk bersama-sama membangun Tangsel. Untuk itu saya bersama tim saya, tentunya dengan masukan dari rakyat, telah memiliki grand design dalam membangun Tangsel ke depan.
Yang tentunya akan saya sampaikan dalam visi dan misi saya, insya Allah jika saya dipercaya rakyat untuk maju dalam Pilkada ini.