RADAR NONSTOP - Libur sekolah selama dua minggu membuat siswa setres. Sebab, pihak sekolah memberikan banyak pekerjaan rumah alias PR.
Data ini diungkap Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). KPAI meminta Dinas Pendidikan melakukan evaluasi terhadap para guru.
"Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orang tua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka malah stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (18/3/2020).
BERITA TERKAIT :Dukung Peningkatan Literasi Keuangan Di Kalangan Pelajar, Bank DKI Gelar Sosialisasi Tabungan SimPel dan Program KEJAR
Pemberian Kondom ke Pelajar, Bang Dailami: Ajaran Sesat
Retno menduga banyak guru tidak memahami konsep belajar dari rumah atau home learning. Hal ini membuat guru memberikan banyak pekerjaan rumah (PR) ke siswa.
"Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam. Akibatnya, tugas makin menumpuk-numpuk, anak-anak jadi kelelahan," ucap Retno.
Retno pun menyayangkan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Dinas Pendidikan setempat karena tidak melakukan persiapan terhadap guru untuk melakukan kegiatan belajar dari rumah. Menurutnya, kementerian dan dinas terkait harus membuat semacam petunjuk teknis terkait metode pembelajaran dari rumah secara online.
"KPAI menyayangkan Kemdikbud dan dinas-dinas pendidikan tidak melakukan edukasi terlebih dahulu kepada para guru dan sekolah ketika ada kebijakan belajar di rumah selama 14 hari. Kalau sudah ada persiapan maka semestinya tidak terjadi penumpukan tugas yang justru memberatkan anak-anak," ujar Retno.
"Semestinya ada juknis atau petunjuk teknis, dan juklak atau petunjuk pelaksaan seperti apa belajar di rumah dengan metode daring," imbuhnya.
Selanjutnya, Retno meminta dinas pendidikan setempat dan kepala sekolah agar melakukan evaluasi dalam metode pembelajaran guru secara online. Dia ingin siswa tidak dibebankan dengan banyaknya PR yang diberikan.
"Home Learning dan Online Learning yang diharapkan itu adalah, para guru dan siswa berinteraksi secara virtual. Adanya interaksi seperti hari-hari biasa normal. Bedanya, interaksinya sekarang ini secara virtual. Itu saja. Bukan sekedar memberi tugas-tugas online," ucapnya.